Rasa Terimakasih Kami
Aku sangat beruntung istriku tidak mempersalahkan hal itu, bahkan beberapakali kami sempat membahas mengenai mengadopsi seorang anak untuk kami rawat bagai anak kami sendiri.
Kegiatan kami seperti halnya pasangan suami istri di komleks perumahan biasa, aku berangkat pagi dan pulang malam. Istriku bertugas mengurus rumah sendiri, di sela waktunya dia suka beryoga Bersama teman teman arisannya, itulah kenapa tubuhnya sangat indah dan menggoda, dengan tinggi 170 cm, berkulit putih bersih, buah dada dan pantat yang membusung besar dia bagaikan bidadari turun dari surga untuk ku.
Istriku bagai primadona di kompleks perumahan ini, maklum di kota kecil ini hanya ada beberapa warga keturunan ras yang sama dengan kami. Aku sangat suka jika membawa istriku jalan jalan, karena mata mata warga pria akan tertuju ke tubuh istriku. Aku selalu merasa bangga jika istriku menjadi pusat perhatian.
Dari semua lelaki di kompleks ini, ada 1 orang yang menunjukan ketertarikan terhadap istriku secara terang terangan, dia adalah Aji. Preman di kompleks ini, tidak terlalu tinggi, tubuhnya kurus, dengan tato di tangan kanannya. Sering sekali dia memperhatikan istriku sampai mengelus selangkangannya, bahkan pernah disuatu waktu saat aku kami ke pasar, aku memergokinya sedang memfoto istriku secara diam diam lalu pergi ke arah belakang pasar, saat aku ikuti diam diam ternyata dia menuju ke pojok dekat pembuangan sampah, betapa terkejutnya aku melihat Aji menurunkan celananya selutut dan sedang coli sambil memperhatikan handphonenya, mengocok kemaluannya yang berwarna hitam dan besar, besar sekali bahkan 3x lipat kemaluanku, aku juga mendengar desahan Aji sambal menyebut istriku.
“Ahh… Bu Liana, cantik bangett…ughh… gede banget tetemu bu, kalo lu bini ane udah ane kenyot tiap malem”
Sejak kejadian tersebut, aku selalu membayangkan bagaimana jika kemaluan Aji yang besar itu menembus kemaluan istriku, apakah akan muat. Bagaimana jika sperma yang dia buang sembarangan di dekat tempat pembuangan itu masuk ke Rahim Liana, apakah istriku dapat hamil.
Pikiran pikiran tersebut semakin menggangguku, membuatku horny dan sering kali onani sendiri
Lalu kejadian itu pun datang,
Malam itu hujan deras, aku dan liana baru saja pulang dari acara temanku, saat itu aku sedikit mabuk, aku sengaja menyetir dengan hati hati, tapi karena jarak pandang yang terlalu pendek dan juga aku yang sedikit mabuk tanpa sadar aku memasuki jalur kanan dan ternyata ada truk melaju dari arah tersebut, dengan spontan ku membanting stir dan menabrak pohon di kiri jalan.
Saat itu aku langsung tak sadarkan diri, tapi samar samar aku mendengar seseorang berteriak meminta tolong, dalam keadaan samar samar tersebut aku melihat Aji dengan sekuat tenaga menarik Liana keluar dari mobil menuju pinggir jalan. Suasana semakin ramai, warga berteriak sangat riuh lalu tak lama terdengar suara ledakan, mobilku meledak lalu aku tak sadarkan diri.
Sudah seminggu sejak kejadian tersebut, kini kondisi kami sudah membaik. Tapi sayangnya aku dinyatakan mandul total, jika sebelumnya spermaku hanya dinyatakan lemah kini karena salah satu testis ku harus diangkat, mengakibatkan diriku dinyatakan mandul total.
Aku dan istriku sudah dua hari ini di rumah. Mobil yang kami pakai waktu itu Sudah rusak dan terbakar habis.
Setelah bertanya ke warga dan pak rt ternyata yang menyelamatkan kami adalah Aji, dia dengan sigap menyelamatkan kami. Tapi sayangnya yang malam itu kami tabrak ternyata bukanlah pohon melainkan rumah tinggal Aji. Yang mengakibatkan dia tinggal di ruko kosong di belakang pasar.
Malamnya aku berdikusi dengan istriku mengenai hal ini,
“Mah, kita sangat berhutang budi dengan Mas Aji, dia menyelamatkan kita tapi juga kita merusak tempat tinggalnya”
“Iyah pah, mamah jadi sangat merasa bersalah dengan Mas Aji”
“Bagaimana ya mah cara berterimakasih dengan mas Aji?”
“Berikan uang saja pah, dan pekerjakan dia sebagai karyawan papah gimana?”
“Berapapun uang yang kita beri tidak sebanding dengan menyelamatkan nyawa kita mah. Atau kita tanyakan saja ke orangnya langsung dia mau apa mah”
“Boleh pah, mamah juga sangat berterimakasih ke mas aji karena sudah menolong mamah”
“Mas Aji bukannya belum menikah ya mah”
“Sepertinya belum mah, memangnya kenapa?”
“Hmmm jadi begini mah, karena kita udah menghancurkan tempat tinggalnya, gimana kalua kita ajak dia tinggal disini mah?”
“eh pah? Papah yakin? Dia itu preman pasar loh pah”
“Mah, jangan melihat seseorang dari sampulnya, dengan dia menyelamatkan kita sudah menunjukan dia itu orang baik”
“mamah ngikut keputusan papah aja”
“yaudah kalua gitu mamah coba ke ruko tempat dia tinggal sekarang dan minta dia kesini besok malam ya”
Aku menyuruh Liana sendiri yang menemui Aji karena ingin Liana melihat sisi lain dari Aji sendiri serta membiarkan mereka mengobrol berdua terlebih dahulu. Aku penasaran reaksi Aji saat melihat Liana dalam jarak yang sangat dekat dan aku akan mengikutinya secara diam diam.
Setelah sarapan pagi, kami berangkat pergi aku menuju kantor dan Liana istriku menuju ke pasar untuk menemui Aji, kami berangkat menggunakan mobil kami yang lain. Aku menurunkan liana di pertigaan jalan persimpangan.
“mamah berangkat dulu ya pah, papah hati hati bawa mobilnya”
“makasih mamah juga nanti salamin buat mas aji ya, papah tunggu nanti malam”
Setelah itu aku melajukan Kembali mobilku kurang lebih 3 kilometer ku parkirkan mobilku di depan indomaret, dan memberikan uang 50rb ke tukang parker disana.
Lalu aku berjalan menuju arah pasar, sepanjang jalan aku mengutuk diriku apa yang sedangku lakukan, sudah pasti Aji dan Liana tidak akan terjadi apapun. Tapi entah kenapa dengan memikirkan mereka berada di area sepi di pasar membuatku berdesir hangat.
Apalagi istriku hari ini memakai dress pendek tanpa lengan yang mengekspos paha dan menampilkan bulatan dada istriku yang kencang bagaimana tatapan para penghuni pasar melihat istriku tanpa diriku hari ini, kali ini aku dapat melihatnya dari jarak jauh.
Setelah jauh ku cari akhirnya ku menemukannya sedang mengobrol dengan tukang kelapa, aku mendekat ke 3 kios di sebelahnya dan brpura pura ingin membeli barang dagangnya dan berusaha mencuri dengar obrolan mereka
“pak, kenal mas Aji ga?”
“Mas Aji siapa neng?”
“Mas Aji yang suka nongkrong di depan itu loh pak, yang tangannya ada tato”
“Ohh aji yang preman itu? Ada apa bu kok nyari dia?”
“Iya pak saya ada perlu soalnya”
“Bu kalau masalah hutang, ikhlasin saja. Dia ga akan bisa bayar. Pengangguran gitu”
“Ohh bukan pak, urusan lain”
“yaudah itu ada di ruko belakang, ibu lurus aja terus belok kanan”
“makasih pak”
“Bu hati hati ya, dia bahaya”
“Ohh iya pak”
Lalu istriku menuju ke arah yang di tunjukan penjual tadi, sepanjang jalan setiap lelaki memperhatikannya tanpa berkedip, bahkan ada bapak bapak yang bersiul menggodanya.
Memasuki area belakang suasana disana sangat sepi, banyak ruko yang tutup, istriku berhenti di depan sebuah ruko yang dibilang oleh penjual tadi, ruko tersebut ditutupi oleh penutup kayu, banyak sampah berserakan disekitarnya, sungguh tak layak untuk hidup disana. Istirku sempat ragu sebentar, lalu mengetuk kayu penutup ruko tersebut.
“Mas Aji, permisi”
Tuk tuk tuk
“Mas Aji”
“Iya bentar… siapa sii masih pagi” terdengar usara aji dari dalam, tak lama pintu kayu tersebut terbuka, lalu terlihatlah aji yang hanya menggunakan sarung tanpa baju, telrihat tubuhnya yang banyak tato.
“halo mas aji” istriku sedikit terkejut melihat aji yang bertelanjang dada
“siapa lu? hoammm” ucap aji masih sambal mengucek mata dan menguap
“ini saya mas, liana yang kemarin mas aji tolong waktu kecelakaan” ucap istriku sambal tersenyum ramah, mungkin karena sedikit malu liana mengalihkan pandangannya menunduk ke bawah, seperti terkena double kill, ternyata istriku malah melihat tonjolan besar dalam sarung di bawah sana
“Masuk dulu bu” ucap aji
“aduh gimana ya mas” ucap istriku ragu
Aku melihat istriku masuk ke dalam dengan ragu, lalu aji menengok kanan dan kiri dan menutup pintunya.
Ah sial, bagaimana ini. Aku langsung mendekat perlahan setelah berada didepan ruko tersebut aku berusaha mendengar sambal mencari celah untuk mengintip ke dalam
“kenapa di tutup mas?”
“Gapapa bu, takut ada yang lewat nanti jadi gossip hehe, gimana ibu udah baikan?”
“udah mas, makasih ya. maka dari itu saya mewakili suami saya ingin berterimakasih ke mas aji karena sudah menolong kami kemarin”
Akhirnya aku mendapatkan spot mengintip, untungnya ini adalah ruko lama yang terbuat dari kayu jadi ada beberapa spot yang yang bolong.
Terlihat istriku duduk bersimpuh di sebuah karpet lusuh yang terlihat sudah entah berapa lama tidak dicuci, Aji duduk tepat di seberang istriku dengan posisi bertongkat lutut, entah sengaja atau tidak tapi posisi tersebut mengakibatkan sarungnya agak terangkat dan sepertinya istriku dapat melihat sesuatu dibalik sarung tersebut
“O-ohhh iya bu liana hehe” ucap aji dengan gerogi sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal
“anu mas, sebagai rasa terimakasih kami, kami mau ngundang mas aji ke rumah malam ini, apa mas bisa?”
“eh iya bu, hehe” Tak kusangka aji yang biasanya sangar sekarang malah bagaikan remaja yang kasmaran aji malah gergogi berbicara dengan istriku.
“terus anu mas…”
“eh anu ane kenapa bu?” aji terkejut menyadari istriku terus memperhatikan bagian bawahnya, menyadari bahwa ada lobang di sarungnya, refkek aji langsung duduk bersila.
“aduhh maaf bu, efek masih pagi hehe” tapi bukannya menutupinya malah semakin terlihat jelas, kemaluan aji membuat tenda di tengah duduk silanya.
“besar…” ucap istriku lirih, tapi aku yakin aji juga mendengarnya, karena aku yang disini juga dapat mendengarnya.
“eh apa bu?” menyadari bahwa istriku memperhatikan kemaluannya, aji malah menselojorkan kakinya dan menyenderkan badanya ke tembok. Membiarkan tonjolan kemaluannya terpampang nyata dihapan istriku.
“EH gapapa mas, anu… nanti jam 6 ya mas, setelah suami ku pulang” muka istriku memerah
“Oh hiya bu”
“yaudah mas saya pulang dulu ya”
“eh kok udah mau pulang aja bu, ane masih pengen ngobrol sama bu Liana nih”
“aduh gimana ya mas…. ngga enak nanti kalau ada yang lihat kan kata mas aji nanti jadi gosip hehe”
ucap istriku sambil berdiri. aku pun langsung mundur dan kembali ke persembunyian semula.
tak lama pintu terbuka memperlihatkan istriku keluar disusul dengan aji dibelakangnya.
“Tunggu ane ya bu nanti malam” ucap aji
“iya mas, saya permisi dulu ya”
Sepeninggalan istriku, aji langusng masuk ke dalam. tanpak istriku tapi tiba tiba dia berhenti di ujung jalan.
“waduh tasku ketinggalan”
lalu istrikupun berjalan kembali ke arah ruko tadi tapi tiba tiba tak jauh dari ruko tadi istirku berhenti, aku pun ikut mendekat ke tempat persembunyianku semula, dan aku sama terkejutnya dengan istriku, ternyata terdengar suara aji sedang mendesah dengan sangat keras.
“ohhh lianaa… ohhh anjingg… sexy bangett.. andaikan lu bini anehh… dahh ane entot lu tiap malam… rasain nih kontol anee… ane hamilin lu anak ane anjing… ngentott….”
istirku berdiri mematung di depan ruko, lalu tak lama dia lari kembali ke arah pasar yang ramai.
akupun ikut kembali ke indomaret dan mengambil mobilku,
sepanjang hari ini aku sangat tak sabar agar cepat malam, supaya cepat bertemu dengan aji dan mengutarakan niat sesungguhnya caraku berterimakasih