Selingkuhku
Perkenankan Nubie belajar membuat kisah cerita, mohon dimaafkan kalo masih berantakan, selamat menikmati :
Tidak biasanya di grup WA wali murid kelas 5 ramai chatting soal guru baru. Ya tahun ajaran baru, semua serba baru termasuk guru2 baru cowok2 bronis rata2 mereka belum beberapa lama lulus univesitas pendidikan.
“Pak Reno kenalin ini ibu Anne, mamanya Ray”, Mitha mengenalkan guru matematika itu padaku. Potongannya mengingatkan pada bintang muda film laga Indonesia yg sdh go internasional manis juga. Kami bersalaman dan sempat bertukar nomer WA. Selain itu Mitha juga mengenalkan beberapa guru lain yang kebetulan berpapasan.
Hmm, jadi mereka ini yg sekarang jadi idola ibu2 ortu murid Reno guru Matematika, Budi dan Tony yang mengajar Bhs Inggris dan Sains. Masih baru semua dan muda.
Beberapa waktu berlalu, aku kadang menanyakan tugas atau pelajaran yang kurang jelas pada mereka melalui WA dan sudah menjadi concern terutama suamiku Mas Adji pada pelajaran2 tersebut. Kadang chatting WA diselingi canda dan gurauan.
O iya, aku Anne, ibu dari Ray murid kelas 5 di Sekolah Dasar Islam yang cukup besar. Pernah menjadi wanita karir dan memutuskan menjadi ibu rumah tangga Ray lahir. Sehari-hari menggunakan hijab modis kalau keluar rumah. Kami hidup bahagia, Mas Adji suamiku memiliki karir yang baik sehingga kami hidup berkecukupan. Kami memiliki satu rumah dan apartemen sederhana dua kamar tidur di kebayoran dekat dengan sekolah anakku. Begitu juga dengan kehidupan seks kami. Dia suka mengexplore hal2 baru, sehingga aku yang tadinya awam dan kuper soal2 seperti itu, menjadi lebih bergairah. Selain menyenangkan suami juga menikmatinya.
Kembali ke topik awal, suamiku yang berlatar teknik sangat concern dengan pelajaran matematika dan sains. Mas Adjie memintaku untuk mencari guru les pelajaran tersebut buat Ray. “Kenapa nggak minta gurunya aja yang kasih les ke Ray, mas? Selain sudah kenal orangnya pelajarannya kan jadi nyambung?” kataku. “Nanti aku suruh dia ketemu kamu dulu, biar dia tau mau kamu gimana”. “Oke”, kata Mas Adji.
Akhirnya minggu sore, sesuai jadwal yang sudah aku atur, kami bertemu Reno di rumah. Setelah basa-basi sebentar, Mas Adji mengutarakan apa yang dia mau, lalu kami ngobrol. Reno datang berpakaian jeans dan kemeja lengan pendek, dia mengendarai motor cowok, aku gak tau pokoknya bukan motor bebek/skutik deh . Ah, ganteng juga ternyata, pantesan ibu2 suka panas dingin kalo udah chatting ngomongin mereka.
Sementara aku yang biasanya berhijab hanya memakai hem lengan pendek putih tipis sehingga bra hitam ku samar terlihat dengan dan jean pendek ¾. Sepertinya Reno kaget melihat penampilanku, selama ngobrol sesekali mencuri pandang. Mas Adji tidak pernah memasalahkan penampilanku, dia toleran dan santai, dan pernah bilang senang kalau ada laki2 yang melirik / mengagumi istrinya. Aku Anne, tinggi/berat 165 / 55, cup 34b pinggang …. proposional, kulit putih rambut hitam sepundak, usia 35, selisih 5 tahun lebih muda dari suamiku.
Akhirnya setelah ditentukan waktu les seminggu sekali dengan tambahan kalau ada test. Aku dan Ray mengantarkan Reno sampai pintu pagar. Dia sepertinya masih belum puas menatapku sampai meninggalkan rumah kami.
Seperti biasa aku menjemput Ray pulang sekolah, dan Selasa itu aku juga berpapasan dengan Reno, kami bertegur sapa sekedarnya. Tak lama ada notifikasi WA masuk
“Selamat siang bu Anne, cantik sekali hari ini..” ah dari Reno, sudah mulai berani dia
“Jadi cuma hari ini aja ya cantiknya? Kemaren2 nggak? Waktu minggu kemaren di rumah juga nggak? ” balasku.
” Maaf gak gitu maksudnya, kan gak ketemu tiap hari, yang paling cantik hari ini ya Bu Anne”. Apalagi waktu hari minggu, maaf kalo saya sampai bengong waktu itu, ibu cantik sekali”
“Kok cuma bengong aja?” kataku. Kirain……
Lama tidak ada balasan, setengah jam kemudian ” Ah, ibu, kirain apa.., sampai besok sore bu ketemu di rumah, terima kasih”.
Rabu sore itu setelah waktu Ashar, Reno datang ke rumah untuk memberi les matematika pada Ray. Baru matematika saja sedangkan pelajaran lain belum.
Seperti biasa kalau di rumah aku hanya memakai t shirt putih polos dan celana longgar ¾, hanya kali ini memakai bra karena ada tamu laki2. Aku persilakan Reno masuk sambil memanggil Ray yang sedang asyik main laptop di kamarnya. Mereka di ruang tamu sementara aku menunggu di ruang TV sambil browsing dengan tab dan sesekali bermain hp. Kadang aku ikut menemani mereka sebentar sambil Reno menjelaskan pelajaran. Dia kelihatan agak malu dan gugup sambil sesekali melirik ke arahku. Mungkin takut karena ada Ray muridnya atau sepertinya pemuda yang masih polos, pikirku. Tapi kalau ngobrol di WA kadang dia seperti teman saja.
Di Rabu ketiga pertemuan aku lupa kalau hari itu Ray akan dijemput mertuaku ke tempat ulang tahun sepupunya, sementara nanti aku akan menjemput dengan Mas Adji esok harinya karena Kamis tanggal merah.
WA yang kukirim ke Reno sepertinya belum keterima. Mungkin bad signal. Jam empat lewat sedikit ada bel rumah berbunyi. Rupanya Reno, aku persilakan dia masuk, “Apa WA dari aku belum dibaca? Ray tidak bisa les hari ini”.
“Oh maaf bu, baterenya low bat, tadi saya matikan dulu hp nya?” sambil menyalakan hp dari kantongnya, dan benar ada notifikasi. “Maaf tadi saya nganter anak2 futsal ada lomba antar sekolah sekotamadya baru jalan kesini, lupa kalo hpnya off”. Dia bicara tapi sambil matanya terus menatap ke arahku, ke arah dadaku maksudnya. Sontak aku baru sadar bahwa aku tidak memakai bra, seperti biasa kalau sedang di rumah sendiri. Secara reflex aku menutupi dadaku dengan tangan kanan sambil mataku melotot ke arahnya. ” Kamu liat apa?”. Dia pun kaget sekali dan langsung meminta maaf. “Maaf bu, bukan maksud saya kurang ajar, sekali lagi saya mohon maaf, belum pernah melihat yang seperti ini, maaf, maksud saya, saya belum pernah melihat ibu secantik dan seseksi ini, Eh, maaf maksud saya bukan seperti itu”. Dia seperti orang bingung dan takut. ” Kalau gitu saya permisi pulang saja, sekali lagi mohon maaf”. Sambil dia berjalan ke arah pintu.
“Tunggu, saya mau bicara” kataku. “Duduk dulu, saya juga mau minta maaf karena bukan maksud saya seperti ini, supaya tidak terjadi salah paham”. Dia seperti ragu, tapi akhirnya duduk juga. Aku ke belakang mengambil air minum untuk mencairkan suasana hatinya. “Silakan diminum”. Reno mengambil air es itu dan meminumnya sampai setengah gelas.
“Boleh aku panggil Reno aja? Keliatannya kamu jauh lebih muda dari aku, dan kamu cukup panggil aku Anne”
“Silakan bu”. Eh maksudnya mbak, eh Anne”.
Aku tersenyum, “Maaf kalau penampilan aku seperti ini, aku pikir hari ini cuma sendirian di rumah seperti biasa, dan gak sadar kalau ada kamu datang”.
“Iya bu, eh mbak saya juga minta maaf, belum pernah melihat yang seperti ini”.
“Belum?” tanyaku menyelidik. “Waktu kuliah, temen kamu kan banyak yang mahasiswi dan lagi di internet pasti banyak, atau punya orientasi lain?”
“Nggak mbak, saya normal kok” jawabnya sambil tersenyum.”Dan saya lebih suka main game online di internet daripada liat2 yang kayak gitu, Cuma bikin pusing tapi gak ada wujudnya”
“Kamu suka liat penampilan aku yang seperti ini?” tanyaku. Dia terlihat kaget tapi kemudian cepat menjawab “Su..suka mbak”.
“Oke, kalau begitu, jadi gak masalah kalau aku kayak gini seterusnya. Yang penting jangan sampai kemana-mana” kataku.
“Ng nggak, nggak akan mbak. Mbak cantik dan seksi kalau di rumah, kadang saya nggak bisa konsen kalau ngajar Ray. Maaf bukan maksud saya komplain tapi sebenernya saya belum pernah liat”.
Aku berdiri “Kamu mau liat yang lebih? Coba kamu diri!” aku melangkah ke arahnya. Dia seperti bingung lalu berdiri sambil menunduk. Aku mendekatinya, dagunya ku angkat lalu mendekatkan bibirku ke bibirnya sambil menggenggam tangan kanannya diarahkan ke payudaraku. Dia mengikuti arahanku bibirnya yang tadinya diam mulai mencoba melumat bibirkuwalau masih kaku, tangannya mulai meraba payudara kiriku sementara tangan kananku mulai membuka tali pinggang dan celananya. Sepertinya memang dia belum pernah berhubungan jauh dengan wanita.
Dan akhirnya celana panjang nya berhasil kuturunkan. Aku berjongkok mencoba melepas celana dalamnya. Dan… terlihatlah penis guru muda bernama Reno itu, yang selalu dibayangkan ibu2 di grup chat sambil ketawa ketiwi, kini ada di depan wajahku. Sudah menegang, diameternya cukup besar, sama ukurannya dengan milik Mas Adji suamiku, tapi lebih panjang mungkin sekitar tiga atau empat senti, dan kepala penis nya itu lebih besar, berwarna merah daging mengkilap, bulunya dicukur bersih. Buah pelirnya masih kencang, tidak ada kulit yang mengendu, menggoda sekali. Aku mengocoknya perlahan, dia mendesis lirih, keluar cairan bening kental dari lubang penisnya, pertanda terangsang hebat.
Ah, bau menyengat keringat terseruak ketika aku mencoba mengulumnya. “Sebentar”, kataku. “Buka semua pakaianmu dan kunci pintunya, aku ke belakang dulu”. Dia langsung mengunci pintu depan, sementara aku mengambil handuk kecil yang dibasahi air hangat dan diolesi madu, ya madu, terasa nikmat mengulum penis yang diolesi sedikit madu, kayak ada manis-manis nya gitu deh .
Celananya sudah ditanggalkan waktu aku kembali ke ruang tamu, tapi kemejanya masih dipakai dengan kancing terbuka. Aku ingin tertawa, ah polos sekali kamu Reno. Ku tarik penisnya yang panjang itu, dia seperti kerbau dicocok hidung mengikuti ke ruang TV yang sofanya lebih lebar dan panjang biar leluasa. Aku duduk di sofa menghadap ke selangkangannya, lalu penis nya dilap. Setelah terlihat bersih dan bau keringat hilang. Aku mulai mengocok penisnya dengan perlahan sambil memasukkan ke mulutku. Kepala penisnya cukup besar, sehingga aku harus membuka mulut lebar-lebar, sambil memainkan lidahku di bawah lubang penisnya. Dia melenguh panjang, pahanya gemetar dan tangannya seperti mencari pegangan. Aku mengulumnya perlahan kemudian ritme nya aku percepat sambil memeluk pantatnya supaya dia juga ikut bergoyang.
Tidak seperti waktu mengulum penis Mas Adji kadang ada rasa enggan, Aku begitu menikmati mengulum penis Reno, yang notabene penis laki2 lain, tapi rasanya begitu menggairahkan dan menantang. Maafkan aku Mas Adji, tapi pengalaman ini begitu menegangkan. Aku yang biasanya kau atur waktu bercinta, sekarang mempunyai kesempatanseperti kamu.
Aku lupa menyadari kalau penis Reno lebih panjang darimilik suamiku, sehingga kadang aku tersedak waktu kepala penis nya sampai menyentuh ujung kerongkongan. Setiap aku tersedak dan minta jeda sejenak, Reno seperti tidak sabar dia hanya mencabut sebentar lalu kembali menyodok-nyodokkan penisnya ke dalam mulutku. Dia sudah mulai menikmati permainan dan tau bagaimana mengatur ritme kelaur masuk penisnya , kapan hanya mempermainkan di lidahku dan kapan memasukkannya sampai jauh ke dalam hingga menyentuh kerongkonganku sambil menahannya beberapa waktu sambil aku memainkan lidah di batang penisnya dan jari2ku mengelus biji pelirnya. “Enak sekali bu Anne, basah dan hangat” katanay suatu kali.
Akhirnya tak berapa lama penis Reno terasa berkedut-kedut, sepertinya mau ejakulasi. Dia mempercepat gerakkannya, membuatku sedikit kewalahan karena agak kasar dan kedua tangannya kini memegang kepalaku. Aku sedikit meronta sambil menahan kepalaku, tapi sepertinya dia tidak melihat, karena kepalanya menengadah ke atas, menikmati rasa ingin ejakulasi yang sudah berada di ujung lubang penisnya. Dan akhirnya terdengar suara semprotan air mani dalam tenggorokan ku dua atau tiga kali semportan membuatku tersedak, aku terpaksa menelannya supay tidak muntah. Cepat aku tarik penisnya dari mulutku sambil menggengam dan mengocoknya perlahan, Reno kaget tapi dia mengalah semprotan air mani masih mengalir deras, kali ini mengenai wajah dan sedikit masuk ke lubang hidung, lalu muncratan berikutnya mengenai leher , aku terus mengocoknya, Reno mengerang hebat mimik wajahnya terlihat dia sangat menikmati walau terasa ngilu dan dan geli, tangannya terus meremas dan menjambak rambutku karena tidak dapat menahan nikmatnya ejakulasi dan akhirnya muncratan2 air mani itu berakhir dada dan payudaraku. Aku memainkan penisnya sambil mengoles-oles aliran air maninya di dadaku dan meratakannya di sekujur dada. Lalu aku mengulum membersihkan sisa2 yang ada di batang dan kepala penisnya, dia terlihat meringis sambil tersenyum malu.
Reno seperti terpana melihatku berantakan, rambut kusut acak2an, muncratan air maninya berceceran di wajah, leher, dan dadaku. Dia seperti bingung harus berbuat apa, membuatku ingin tertawa.
Dia mundur selangkah waktu aku berdiri, entah sepertinya jengah, aneh atau jijik melihat tubuhku berceceran air mani miliknya, mungkin dia hanya melihat cairan itu waktu mimpi basah atau dikeluarkan oleh tangannya sendiri
“Kamu duduk dulu, aku mau membersihkan diri sebentar”, kataku. Setelah menutup pintu kamar mandi, aku tertegun, kenapa bisa seberani ini berbuat dengan lelaki lain, bahkan di rumah sendiri. Dorongannya begitu kuat, dan aku melakukan seperti yang yang perempuan lain lakukan di potongan2 video porno di laptop Mas Adjie yang tidak sengaja aku lihat di meja kerjanya beberapa waktu lalu. Aku merasa jijik melihatnya, tapi melakukannya sendiri, dengan laki2 lain selain suami sendiri, terasa ada gairah yang meledak, nafsu yang membuncah, rasa senang, takut, dan seperti itu bercampur aduk, membuat gairah dan nafsuku memuncak. Apalagi melakukan dengan Reno, guru muda yang polos, yang belum pernah bersentuhan dengan wanita, aku seperti meguasainya.
Setelah membersihkan diri sejenak ditambah sedikit wangi2an aku kembali mendekati Reno di sofa, dia masih duduk terdiam entah apa yang ada dalam benak pikirannya. Tapi yang membuatku takjub, penis nya masih berdiri, walau tidak sekeras mula2, sedikit melengkung. Seperti masih ada banyak sisa air mani yang masih tertinggal dalam buah pelirnya.
Dia duduk menatapku sampai aku kembali mendekati, kubuka belahan kakinya, kembali penis dan buah pelirnya kubersihkan dengan handuk tadi. Dia mengelus rambutku dengan lembut sambil menatap terus wajahku. Setelah penis itu bersih, aku kembali mengocok perlahan batang penis dan mengulum kepala penisnya memainkan dengan lidah sejenak, sampai kembali mengeras. Aku berdiri mengangkangkan kakiku diantara pahanya lalu duduk dipangkuan menghadap ke arahnya, kutarik wajahnya ke arah payudaraku, sejenak dia hanya diam tidak melakukan apa2 sampai aku berkata “Isap sayang, emut pentilnya dan remas-remas, pelan2 aja….”, sambil aku menggesek-gesekan permukaan liang vagina yang sudah mulai berair di sepanjang batang penisnya “Sekarang giliranku….” bisikku di telinganya
Bersambung….