Antara Khilaf dan Penasaran

ini thread pertama saya sejak bergabung dengan forum ini. Ada beberapa foto SSI binor maupun temen seperjuangan waktu sekolah, tapi saya masih ragu buat sharenya dikarenakan polda cukup galak.

Saya tomi, pria keturunan jawa dan besar diibukota, kelahiran 90an. Anak pria satu satunya dari 3 bersaudara. Kebetulan Mbak ku sudah menikah, dan ikut suaminya ke kota P. Orang tuaku cerai waktu umur adikku 5tahun, dan FYI aku dan adikku selisih 2tahun.

Hubungan kami pun wajar wajar saja layaknya kakak dan adik, saling cubit, jewer, kelitik – kelitikkan. Hingga suatu saat, waktu adikku kuliah disalah satu universitas swasta dikota T, aku ditugaskan bekerja diluar kota tepatnya di kota J pada tahun 2013 awal.

“dadah mas… jangan lupa kabarin orang dirumah klo udah sampe,” ucap adikku waktu mengantarku ke stasiun. Mungkin ini berat buat seorang ibu yang melepas anaknya merantau hanya untuk mencukupi keluarga kecilnya, yupz dirumah cm ada ibu, eyang, dan adikku, dan hanya akulah laki laki dirumah.

Malam sebelum pergi keluar kota, aku packing barang yang akan ku bawa untuk merantau. “tok.. tok.. tok..” tiba tiba pintu kamar ku ada yang ngetok, ku pikir mama ku soalnya emang biasa bantu aku packing. Ketika aku buka ternyata adikku, yang hanya mengenakan tanktop tanpa bra, wajar saja ini dirumah memang biasanya dia memakai tank top dan celana pendek, tp tak biasanya dia tanpa bra. “mas lagi apa? Packing yah, mau dibantu gak?” tanya adikku, “ra usah, aku iso kok” jawabku. Dia masuk kekamarku dan tidur – tiduran dikasurku.

“mas bener jadi pergi po?” tanya adikku manja, aku menoleh dan hanya senyum, aku pun kaget melihat sebuah gundukkan belahan dada adikku, entah dia sengaja atau tidak sadar. Aku tidak tahu ukuran pastinya, seingatku 36B waktu aku menemaninya beli underware.
“done.. huahh banyak juga.” Ucapku,
“hi.. hi.. hi.. kok banyak yo mas katanya Cuma seminggu, tp tasnya ampe 3” ejek adikku.

Lalu aku duduk dikasur persis disampingnya, dan tepat diatas gundukan dada adikku. “ngeekk” bunyi ranjangku karena adikku pindah tidurnya dipangkuanku. “kamu tuh kenapa toh? Tumben manja banget” tanyaku, “ya rapopo sekali kali manja begini, sesuk kan mas udah pergi jauh.” Timpal dia. Aku usap usap rambutnya dengan tangan kanan, dan tangan kiri ku diatas perutnya. Ehh… seperti durian runtuh, dia membalikkan kepalanya kearah perutku yg semula menatap daguku. Si tole pasti merasakan adanya daging kenyal.

“dek.. wis malem, tidur sana..”

“nanti akh, masih mau disini, atau aku tidur disini aja ya mas?” pinta adikku,

“ya jangan dong.. nanti ketahuan kalo aku tidurnya telanjang”

“masa sih mas telanjang, tanpa baju gitu?”

“ya pake celana tok, tapi gk pake daleman” ucapku sambil menahan si tole yang mulai agak mengeras ditimpa dua gunung kembar.

“dik, bangun dl pegel” alasanku agar dia tidak tahu kalau sitole mulai mengeras, “akhh gk mauu” tangannya pun melingkar dipinggangku. Aku mundurkan dudukku kedinding. Adikku bangun dan mengambil bantal, “nah gitu kek pake bantal” dia hanya menjulurkan lidahnya. Diluar dugaan, bantalnya dia taruh disamping kaki ku, lalu dia duduk dipangkuanku. “dek jangan.. aku takut khilaf.” Pintaku, emang sih munafik, Cuma gimana lagi, dia adikku.

Tak menghiraukan ucapanku, dia mencium pelan bibirku, digigitnya bibir bawahku, disedot,

“ngghh.. dek ojo..” pintaku lagi.

“mas, kan mau pergi, aku mau jujur sebenarnya aku dari dulu pengen cium bibir mas.” Ucapnya.

Antara iba dan terlanjur basah, aku balas ciumnya, aku mulai bermain dibibirnya, bibir atas, bibir bawah, lidahnya aku lumat habis, tanganku mengusap usap rambutnya, “mmmhh… mas..” aku cepatkan tempo ku, tanganku masuk kedalam tanktop, ku usap punggungnya dan aku merasakan kulitnya yang mulus,

“kok mulus banget dek”, “ iya..mas.. mmhh” desah adikku, dari bibirnya aku mulai turun kelehernya, aku gigit kecil, “mmmh.. mas.. aku merinding..” ucap adikku. Aku sudahi acara ciumnya. Lalu dia memelukku erat.

“kamu gk pake bra po?”

“gak mas, sengaja hehehe…” sambil tersenyum nakal.

“aku takut khilaf je dik.. stop yah” pintaku.

“mas nanggung, aku belom pernah ngerasain merinding kaya gini,”

“lah pacarmu? Emang ngapain selama pacaran?” tanyaku kepo.

“ya biasa nonton, ciuman bibir, Cuma dia gk pandai, kalau masalah duit sih okelah, tapi tetap aja gk bisa romantis kaya km mas.”

“walah.. gombalmu dekk..” sambil kucubit pipinya, “dadamu kok gede yah” sambil kupegang kedua dadanya,

“masa sih mas, kayanya biasa aja,”

Dari sinilah aku mulai berani meremas dadanya, kembali aku ciumi lehernya, “mass.. merinding lagi” ucap dia. Semula dari luar tank top, aku masukkan tangan kananku dari bawah, dan tangan kiri ku memegang tengkuk lehernya, aku ciumi dari leher turun kedada, kebelahannya, aku rebahkan dia dikasur.

“aku isap ya dek”, adikku Cuma menganguk dan matanya merem.

Kini, terlihat sudah kedua gunung adikku, bulat, dan pentilnya masih masuk kedalam, baru kali ini aku liat pentil yang ngumpet. “dek pentilmu ngumpet.”

“disedot aja mas, kali aja dia nongol.” Ucap dia sambil gigit bibir bawahnya.

Tiba – tiba,

“dek.. kamu dimana.. ini indomie jadi dimasak ndak?” seru mamaku dari lantai 2 rumah.

“waduhh mama dek..” aku langsung mengakhiri,

“kamu bandel sihh… untung aja belom khilaf,”

“nanggung mas.. ish..” manja adikku, “dikamar mas tomy,” teriak adikku.

“mas nanti malem lanjutin lagi yah” pinta adikku sambil cium pipiku,

“kalau ndak ngantuk yah”

Dia keluar kamar, dan aku segera membenahi barang barang ku. “kok iso yo.. iki mimpi kah?” gumamku dalam hati. Aku keluar kamar, dan segera melihat mama dan adikku yang lagi berisik didapur.

“barang barang udah beres? Masih ada yang mau dibantu gak?” tanya mamaku,

“gk usah mam, tadi dibantuin si ina” jawabku.

Mendengar itu adikku cengengesan, padahal dia hanya tidur – tiduran. Aku langsung nyalain tivi, dan nonton sambil tiduran disofa, mama dan adikku masih sibuk didapur. Malam sudah datang, aku lihat jam ternyata udah jam 11an. Adikku dan mama masuk kamar masing – masing, yupz hanya kamar aku doang yang dilantai 1, dan kamar tamu. Aku set alarm jam 4.30, sebabnya keretaku jam 7 pagi. Aku mulai turun kebawah, dan masuk kamar. Rasa ngantuk pun melanda hingga akhirnya aku ketiduran.

Jam 3.35 aku kebangun dari tidur, “duh jam 4 masih lama lagi” aku coba cek hape ku, ternyata ada 10misscall dari adikku, “oh iyaa.. shit.. lupa lagi” “dek, maaf mas ketiduran, cape banget” aku balas chatnya di sebuah applikasi sosmed. Antara takut khilaf dan rasa penasaran akan kemolekkan tubuh adikku, tapi bagaimanapun juga aku bingung mau mengungkapkannya.

===============================================================

bersambung, tergantung respon