Ojek Cinta – Story of Natalia JKT48 (TAMAT)

Part I

Terik cahaya matahari begitu menyengat. Banyak orang berjalan menampakkan keletihan di wajah mereka. Seorang wanita berjilbab tengah memeluk tas kresek berisi map dan buku berlari kecil sambil mengernyitkan dahi menahan teriknya matahari. Seorang Kakek tua dgn otot yg kering, kulit hitam yg terbakar, berdiri tegap menjajakan dagangan kepada pengendara yg terjebak kemacetan.

Sementara itu, Rizal yang biasa disapa Riri, seorang driver gojek termenung di atas motornya yg terparkir di halaman minimarket sambil memperhatikan aktifitas di sekitarnya. Dia hanya terdiam sambil menunggu orderan. Matanya begitu tajam melihat seorang kakek yg sedari tadi tetap berdiri tegap walaupun dagangannya tak laku. DIa tetap menawarkan dagangannya dengan ramah walaupun selalu ditolak. Tatapan iba darinya yg juga merasakan hal yg sama, yaitu berjuang keras di ibu kota demi masa depan yg lebih baik, namun bedanya, Riri berjuang untuk masa depan, sementara kakek itu berjuang untuk hidup.

Sebuah perbedaan yg kontras begitu tampak di setiap sisi kehidupan ibu kota. “Ngelamun aja dik”, kata sapaan dari Kakek Tua tadi memecahkan keheningan dan penghayatan dalam melamun Riri, “Eh Pak, hehehe, iya nih, lagi nunggu orderan”, jawab Riri sambil tersenyum dan dibalas oleh senyuman yg tulus dari Kakek tua tadi. “Pocarinya satu donk”, kata Riri.

Gambar hanya ilustrasi

“Glek Glek Glek”, tegukan yg cukup menghilangkan dahaga di siang yg terik, “Huffffttt, hidup emang gak adil ya Pak”, kata Riri, “Hidup ini adil kok, hanya kitanya aja yg selalu merasa kekurangan”, jawab Kakek tua tersebut. Pembicaraan makin panjang, seperti seorang kakek yg sedang menasehati cucunya. Usia mereka terpaut sangat jauh, namun semangat mereka hampir sama. Riri begitu heran setelah mengetahui kakek tersebut memiliki 3 orang anak dan 5 orang cucu. Yang membuatnya heran ketiga anaknya tersebut adalah orang yg sukses, ada yg menjadi anggota dewan, ada yg menjadi pejabat ada yg menjadi dosen, namun kenapa orang tuanya berjualan seperti itu.

Tatapan penuh keheranan muncul dari mata Riri menatap tajam ke arah kakek tua. Hatinya mengecam kelakuan anaknya yg membiarkan orang tuanya berjualan di siang hari untuk bertahan hidup seorang diri. “Bahagia itu, ketika kita tau orang yg kita cintai hidup bahagia. Udah cukup, itu aja”, kata Kakek itu, membuat Riri tertegun kemudian mengangguk2, memaknai kata2 yg bermakna tersebut. Tidak selamanya impian yg kita capai akan membuat kita bahagia, namun bagi kakek tua tersebut, mengetahui anak2nya hidup bahagia sudah menjadi kebahagiaan bagi dirinya.

Tak terasa obrolan panjang mengaburkan teriknya matahari yg makin lama makin condong ke Barat. “Ting”, sebuah notifikasi berbunyi di HP Riri, ada sebuah orderan masuk. Dengan sigap Riri menerima orderan tersebut kemudian kembali memasang jaket dan helm berwarna hijau kemudian mengetik pesan singkat kepada calon penumpangnya. Setelah berpamitan dgn kakek tadi, Riri naik ke atas motor, menekan starter kemudian berbalik arah lalu menancap gas menjemput penumpangnya.

Gambar hanya ilustrasi

Kriiiingg, sebuah telpon masuk, “Iya halo”, jawab Riri, dia mengangkat telpon sambil mengendarai motor, “Dimana bang? Masih lama gak? aku buru2 nih”, jawab seorang cewek yg memesan Gojek tadi, “Dikit lagi mbak, 3 menit lagi ya”, jawab Riri. Tepat 3 menit lebih sedikit, tibalah Riri di depan kampus Universitas Tarumanegara, kemudian dia membuka HPnya lalu mencoba menghubungi kembali nomor yg memesan Gojeknya tadi. “Riri ya?”, tanya seorang gadis, belum sempat Riri menelpon tiba2 gadis itu mendatanginya terlebih dahulu. “Eh iya, Natalia? Ke Fx?”, tanya Riri kembali. Gadis bernama Natalia itu hanya mengangguk lalu naik ke atas motor. Tidak lupa Riri menawarkan masker, penutup kepala dan helm kepada Natalia.

Sore ini jalanan agak macet, namun karena permintaan Natalia, maka mau gak mau Riri harus menancap gas lebih dalam. Motornya meliuk2 melewati setiap kendaraan yg menghalanginya, berusaha secepat mungkin karena dia tidak ingin mengecewakan customer demi rate bintang 5. Mau tak mau Natalia harus berpegangan dan sedikit memeluk. Polusi yg dihasilkan dari kendaraan lainnya membuat cuaca agak sedikit panas. Semua tampak sibuk, entah sedang bekerja atau karena pulang kerja.

Tepat 15 menit Riri mengendarai motornya hingga tibalah di Jl. Pintu 1 Senayan, kemudian berhenti. Natalia yg sudah benar2 terburu2 menyerahkan helm dan selembar uang 50 ribuan kemudian berlari masuk ke dalam mall tersebut. “Ehh mbak, ini kembaliannya”, teriak Riri, namun tak dihiraukan oleh oleh Natalia yg benar2 terburu2. Riri turun dari motornya berusaha mengejar, namun seorang security Mall menegurnya karena motornya menghalangi jalan masuk kendaraan lainnya.

Karena merasa tak enak hati, Riri mencoba menghubungi Natalia melalui HPnya, namun tak diangkat. Berkali2, hingga akhirnya Riri harus meninggalkan pesan singkat memberitau bahwa dirinya masih memegang kembalian Natalia. Kemudian Riri melanjutkan pekerjaannya menjadi seorang driver gojek. Sebuah pekerjaan yg dilakukannya untuk membiayai kuliahnya di Jakarta ini.

Notifikasi kembali masuk ke HPnya, sebuah orderan dari Senayan City membuatnya kembali menancap gas menjemput orderan. Sinar matahari yg tadinya begitu terik kini mulai berdamai. Memancarkan cahaya jingga di ufuk Barat, menghadirkan sinar yg begitu indah dan damai seraya angin sejuk bertiup sebagai pertanda pergantian hari. Malam mulai tiba. Kota Jakarta, sebuah Kota tak pernah tidur. Sama seperti Riri yg tak kenal lelah menjemput orderan, mengumpulkan rezeki yg telah dijanjikan oleh Sang Pencipta.

Sebuah order mengharuskannya menjemput penumpang di Jakarta Utara dan mengantarkannya ke Ratu Plaza di Jakarta Selatan. Sebuah perjalanan yang cukup jauh dan menguras tenaga, namun terus dilaluinya dengan tulus dan tak kenal lelah. Senyum terus terkembang manakala penumpangnya memberikan bayaran kepada dirinya, hingga akhirnya rasa capek pun menyerang. Riri Hanya terdiam di atas motornya, menghela nafas dan meneguk sebotol Kratingdaeng yg sempat dibelinya tadi, kemudian melanjutkan perjalanan.

Malam makin larut, HP Riri menunjukkan pukul 11 malam dan dia memutuskan untuk kembali ke kostnya. Sudah cukup dia bekerja hari ini, sudah waktunya untuk mengistirahatkan badan. “Ting”, kembali sebuah notifikasi order masuk ke HP Riri, rupanya dia lupa mematikan Aplikasi Ojek Onlinenya. “Wah ini cewek yg tadi”, kata Riri dalam hatinya, melihat orderan dari seorang gadis yg tadi sempat diantarnya. Tanpa pikir panjang Riri menerima orderan tersebut kemudian menjemput penumpang yg sudah standby di Shelter Fx Sudirman.

Tak butuh waktu lama bagi Riri hingga akhirnya tiba dan tak butuh waktu lama pula baginya untuk menemukan penumpangnya karena dia sudah mengenali wajahnya. “Mbak Natalia ya”, tanya Riri, “Eh iya bang”, jawab Natalia kemudian mengambil helm dan masker, kemudian naik ke atas motor. “Mbak, ini aku yg tadi jemput di UnTar, tadi mbak tiba2 lari ke dalam mall, kembaliannya masih aku pegang nih mbak”, kata Riri, “Oh iya bang, sorry tadi buru2 bgt, makasi ya”, jawab Nat yg sudah Standby di atas motor.

Kala itu Nat memesan ojek online menuju ke daerah Benhil. Cukup dekat dengan Fx Sudirman, hanya butuh beberapa menit bagi Riri hingga akhirnya tiba. Natalia membuka helmnya, kemudian kembali membayar, “Eh Mbak, jangan, nih masih ada kembalian yg tadi”, kata Riri seraya memberikan sisa kembalian yg sudah dipotong oleh biaya ojeknya kali ini. “Waduh, lupa lagi aku, makasi yaa”, jawab Natalia sambil mengambil kembaliannya, kemudian membalikkan badan dan berlalu pergi membuka pintu gerbang kostan dan masuk ke dalam.

Selesai sudah tugas Riri hari ini, berlalu begitu sempurna, rasa lelah, letih namun puas menjadi satu. Tak ada halangan dan hambatan, Riri mematikan aplikasi Ojek Online, kemudian kembali memegang stang motor, menarik pedal gas dan berlalu pergi menuju kostnya yg juga masih di kawasan Benhil. Hanya butuh beberapa menit hingga akhirnya Riri tiba di depan pintu gerbang kost yg selalu terbuka lebar. Sebelum masuk dia memesan Lalapan Ayam di warung tenda yg ada di samping kostnya. Setelah itu Riri memarkirkan motornya kemudian masuk ke kamarnya.

Riri masuk ke kamar mandi, mencuci tangannya, kemudian melahap habis Lalapan Ayam pesanannya tadi. Rupanya Riri benar2 lapar, karena dia menghabiskan makanan tersebut dgn waktu yg cukup singkat. Kemudian kembali mencuci tangannya dan menyalakan Laptop. Riri mencolokkan kabel jack dari laptop ke speaker yg ada di samping laptopnya kemudian memutar lagu.

Not sure if you know this
But when we first met
I got so nervous
I couldn’t speak
In that very moment I found the one and
My life had found its missing piece

So as long as I live I’ll love you
Will have and hold you
You look so beautiful in white
And from now to my very last breath
This day I’ll cherish
You look so beautiful in white
Tonight

Sebuah lagu yg menyentuh hati berjudul Beautiful in White, yg menceritakan tentang kekaguman seorang pria terhadap seorang wanita yg telah mengenakan gaun pengantin berwarna putih. Lagu yg membuat haru sekaligus bahagia. Lagu yg menceritakan tentang sebuah pesta pernikahan yg begitu sederhana namun penuh makna. Usia Riri saat ini 24 tahun dan bulan depan akan menginjak 25 tahun, sudah cukup waktu untuk memikirkan tentang masa depannya.

Riri masih sibuk mengetik tugas kampusnya sambil mendengarkan alunan lagu Nothing’s Gonna Change My Love For You yg dibawakan oleh Westlife. Tampak semangat begitu menggebu dari dirinya yg tak kenal lelah mengejar cita2nya demi masa depan yg lebih baik dan demi membahagiakan kedua orangtuanya di Kampung. Semangat yang tak kenal lelah namun harus takluk juga oleh rasa capek yg begitu dalam. Beberapa kali kepalanya terhuyung menahan beban dan berkali2 hampir terjatuh. Rasa kantuk yg sudah sangat menyerang memuatnya tidak berdaya hingga akhirnya Riri pun tertidur pulas dgn kondisi laptop masih menyala.

Kriiiiingggg, Suara alarm memecah keheningan di pagi buta, Riri terbangun dan segera membereskan laptopnya kemudian masuk ke kamar mandi, melakukan ritual yg seperti org lain lakukan pada umumnya. Suasana pagi yg begitu cerah dan menyegarkan, membuat Riri kembali bersemangat mencari rezeki. Setelah mandi, Riri menyalakan aplikasi ojek online miliknya, kemudian menuju warteg di dekat kostnya untuk sarapan.

Ting, sebuah notifikasi orderan ojek online masuk ke HP Riri. Wah, ternyata lagi-lagi dari Natalia, seorang gadis manis yang 2 kali diantarnya kemarin. 3 kali berturut-turut dia mendapatkan orderan darinya. Segera Riri menerima orderan tersebut kemudian menelponnya, “Halo mbak, mohon ditunggu ya, ini di kost kemarin kan?”, tanya Riri, “Iya bang, hehehe kebetulan ya, dapetnya abang lagi”, jawab Natalia yg ternyata mengingat Riri.

Sarapan dihabiskan, Riri memakai jaket serta helm berwarna hijau kemudian menancap gas menuju kost di daerah Benhil. Kurang dari 5 menit Riri tiba di depan kost Natalia yg sudah menunggu di depan pintu gerbangnya sambil menikmati makanan dari dalam bungkusan kertas. “Eh abang, maneh arek hakan teu?”, tanya Natalia, “Waduh, maaf neng, aku gk bisa Bahasa Sunda, artinya apa ya?”, tanya Riri kembali, “Artinya lupakan aja”, jawab Natalia sambil tertawa, kemudian membuang bungkusan tadi ke tempat sampah lalu mengambil helm dan masker. “Neng, kok bisa kebetulan ya, 3 kali dapet neng terus”, tanya Riri, “Kebetulan yg terus berulang, itu pasti pertanda takdir”, jawab Natalia sambil tertawa lagi, kemudian naik ke atas motor, “Haaah? maksudnya? itu puisi ya?”, tanya Riri, “Iya, itu puisi terindah, hehehe, eh abang namanya siapa?”, tanya Natalia, “Aku Riri neng Natalia”, jawab Riri, “Ihhh, cowok kok namanya Riri sih?”, tanya Natalia kembali. “Hmmm, sebenarnya namaku Rizal, tapi tmn2ku sejak SMA panggil aku Riri, keterusan deh smpe skrg”, jawab Riri, “Klo begitu aku panggilnya Kak Rizal aja deh, klo Riri kyk bencong”, kata Natalia protes kepada Riri, “Ya udah, gk apa2 neng Natalia”, kata Rizal, “Panggil aku Nat aja”, sahut Natalia kembali.

Cukup dgn 3 kali pertemuan, mereka sudah menjadi akrab. Candaan demi candaan muncul dari keduanya, mencairkan suasana, hingga akhirnya mereka tiba di depan kampus UnTar. Nat segera turun dari motornya kemudian menyerahkan helm. “Eh inget ya, namanya skrg Kak Rizal, awas klo Riri lagi, aku cubit”, kata Nat dgn nada mengancam, “Iya neng Nat, eh ntar aku jemput mau gak?”, tanya Rizal. “Hmmm boleh deh, jam 4 sore ya, jgn sampe telat”, jawab Nat kembali.

Akhirnya mereka berdua berpisah, senyum terkembang di keduanya, lambaian tangan seakan2 mereka sudah saling kenal lama dan sudah begitu dekat. Rizal, kembali menjelajahi ibu kota, mencari Rezeki hingga pukul 11 siang, kemudian ke kampus untuk melanjutkan kuliah. Sebuah rutinitas yg dilakukannya dgn sungguh2, demi masa depannya, entah dgn siapa, hehehe.

BERSAMBUNG
Part II

Waktu terus berlalu, hingga tak terasa sore hari pun tiba. Rizal yg sudah merapikan seluruh perlengkapan kuliahnya dan memasukkannya ke dalam tas segera bergegas menuju parkiran kampusnya. Dia berlari kecil menuju motornya kemudian menyalakannya dan tancap gas menjemput Natalia di kampusnya. Hanya butuh beberapa menit baginya menembus kemacetan hingga akhirnya tiba di kampus Natalia pukul 4 sore lewat 7 menit. Rizal mengambil HP dari sakunya, dia berencana menelpon Natalia, saat melihat HP ternyata ada 2 panggilan tak terjawab yg keduanya dari Natalia. Rizal segera menelpon balik. Terdengar nada dering dari milik Nat hingga kemudian, “Halo kak”, kata Nat, “Neng, aku udah di tempat kemarin nih”, Kata Rizal. Kemudian selang beberapa menit, Nat menghampiri Rizal. “Eh nunggunya lama ya?”, tanya Rizal, “Nggak kok kak, sans ae”, jawab Nat sambil tersenyum.

Nat memakai helm dan masker kemudian naik ke atas motor. Tidak lupa ia berpegangan pada pinggang Rizal, “Ke Fx yahh”, kata Nat. Motor pun dipacu dgn kecepatan yg sedang. “Ke Fx lagi nih? Neng kerja di sana ya?”, tanya Rizal, “Hmmm, iya sih”, jawab Nat, “Kerjanya apa?”, tanya Rizal kembali, “Kepooo”, kata Nat sambil tertawa. “Aku kerjanya Nyanyi2 ama joget2, haahaha”, kata Nat kembali, “Ohh Neng jadi pemandu lagu di karaoke ya?”, tanya Rizal, “Ihhh, amit2 deh, aku gini2 membernya JKT48 lohhh”, kata Nat kembali.

Mereka berdua ngobrol sepanjang perjalanan. Senyum dan tawa menandakan tidak ada lagi canggung di antara mereka, semua berawal dari kebetulan. Perjalanan yg cukup singkat namun berkualitas ini akan segera berakhir saat mereka hampir tiba di Fx.

Rizal mengerem saat tiba di shelter Fx. Nat turun dari motor, menyerahkan helm kemudian mengeluarkan dompet dan bertanya, “Brp nih ongkosnya?”, “Neng kan minta dijemput, free kok”, jawab Rizal, “Ihhh gak enak tau, brp nih? Segini cukup?”, tanya Nat sambil menyodorkan selembar uang 20ribuan, “Gak ah, lagian aku gak nyalain aplikasi, gak usah”, kata Rizal menolaknya. Nat tampak tersenyum malu dan tidak enak, “Yeee, klo gini sering2 deh jemput aku, hehehe”, kata Nat bercanda sambil tersenyum, lalu mengucapkan terima kasih dan balik badan kemudian berlalu. “Neng, ntar pulangnya kyk kmarin ya?”, tanya Rizal, “Iya, ehh jgn jemput deh, gk enak aku ngerepotin”, kata Nat, “Udah, gpp, lagian kostan kita searah kok”, jawab Rizal sambil memutar motornya lalu berlalu pergi.

Rizal adalah orang kampung yg memang terbiasa hidup sederhana, jadi dalam pikirannya hanya ingin membantu, bukan untuk modus, karena Natalia memiliki kepribadian yg baik serta ramah, jadi sangat mudah baginya untuk menjadi akrab. Rizal berhenti di pinggir jalan, karena dia lupa menyalakan aplikasi ojek online miliknya. Baru beberapa menit setelah dinyalakan,dia sudah mendapatkan orderan. Rizal menerima orderan tersebut dgn senyum sumringah.

Orderan demi orderan didapatkan olehnya hari ini. Sore berubah menjadi malam, sinar mentari yg menyorot dari Barat menghasilkan cahaya jingga berangsur2 hilang, berubah menjadi gelap hingga akhirnya menampilkan taburan cahaya bintang yg cukup indah.

Desiran angin malam yg begitu dingin menerpa pipi Rizal yg sudah menunggu di shelter Fx walaupun jam masih menunjukkan pukul 10 lewat 20 menit. Artinya butuh waktu 40 menit lagi menunggu Natalia keluar dari mall itu. Rizal adalah seorang yg pemalu, sehingga sulit baginya untuk berbaur dgn pengemudi ojek online lainnya. Rizal hanya berdiam diri di atas motor menunggu Natalia, seperti seorang kekasih, padahal bukan. Kriiinggg, HP Rizal bergetar, dgn sigap Rizal merogoh sakunya mengambil HP Xiaomi miliknya. Ternyata Natalia menelponnya, “Halo Kak”, kata Nat, “Iya Neng, aku udah di shelter nih”, jawab Rizal. “Duh kak, maaf bgt, aku skrg di Plaza Senayan, kk mau jemput aku gak? Klo gak bisa gpp kok, aku gak enak”, kata Nat.

Setelah berbincang dan menanyakan lokasi tepatnya akhirnya Rizal kembali menancap gas menuju jalan keluar Plaza Senayan. Hanya butuh waktu beberapa menit karena jaraknya yg begitu dekat. Dari kejauhan sudah terlihat Nat sedang menunggu sambil membawa beberapa kantong plastik. Sepertinya dia baru saja berbelanja. Rizal membunyikan klakson sekali kemudian Nat menghampirinya.

Setelah mengenakan helm, Nat naik ke atas motor dan Rizal mengambil kantong plastik yg dipegang oleh Nat dan menaruhnya di depan agar Nat leluasa saat diboncengnya. “Kak, udah makan blm?”, tanya Nat, “Aku biasa makan di depan kostan, ada lalapan ayam murah di sana”, jawab Rizal. “Hmmm, kita makan dulu yuk”, kata Nat.

Mereka berdua akhirnya sepakat untuk makan malam terlebih dahulu. Mereka mencari tempat makan yang cukup sederhana, sebuah warung tenda yg cukup ramai. Saat itu Rizal sudah mencopot jaket ojek onlinenya, jadi tampak seperti seorang pemuda biasa. Tibalah mereka di sebuah warung tenda yg menjual berbagai makanan seafood. “Pesen aja kak, aku yg bayar”, kata Nat, “Wah, aku ditraktir nih?”, tanya Rizal sambil tersenyum kemudian melihat menu makanan. Rizal masih canggung karena dia merasa tumben ditraktir oleh seorang gadis yg mana dia adalah penumpangnya.

Pesanan telah di catat oleh seorang pelayan, kemudian mereka berdua terdiam. Nat tampak sedang melihat2 HPnya, scroll up dan scroll down, seperti sedang membaca sesuatu, begitu fokus, dan tampaknya dia sedang membuka akun sosial medianya. “Eh, tadi Neng anggotanya JKT48 ya?”, tanya Rizal, “Iya, knp?”, Nat kembali bertanya, “Itu girlband kan? Trus kenapa di Fx?”, tanya Rizal sedikit kebingungan, “JKT48 itu idolgroup kak, bukan girlband, di Fx ada theaternya, kapan2 nonton deh”, kata Nat. Rizal hanya mengangguk2 walaupun dia sebenarnya tidak begitu mengerti.

Rizal sempat terdiam sambil menatap wajah Nat, “Kenapa kak, kok ngeliatin aku kyk gtu”, tanya Nat memecah keheningan, Rizal sempat sedikit terkejut “Ehh gpp kok, btw kok mau ngajak aku makan?”, tanya Rizal, “Abisan kk dibayar gk mau, yaa aku kan gk enak, makanya mending aku traktir makan aja”, jawab Nat. Rizal hanya mengangguk menanggapi jawaban dari Nat.

Beberapa saat kemudian makanan yg dipesan pun telah siap dan diantar ke meja mereka. Mereka menyantap makanan tersebut dgn lahap, terlihat keduanya begitu lapar setelah beraktifitas menjalani profesi mereka masing2. Tanpa canggung mereka berdua menghabiskan makanan dan minuman yg telah dipesannya hingga bersih. Mereka berdua akhirnya tertawa setelah mata mereka saling bertemu dan memandang. Melihat “kerakusan” mereka berdua. “Waduh, cantik2 makannya banyak”, kata Rizal. Nat memukul pelan bahu Rizal sambil sedikit cemberut.

Mereka berdua terduduk sebentar sambil kembali mengobrol. Menceritakan latar belakang mereka masing2. Nat bercerita bahwa dia adalah seorang gadis yg berasal dari Rangkasbitung, sementara itu Rizal bercerita bahwa dia adalah pemuda yg berasal dari sebuah kota kecil di Jawa Timur. Dia menuju Jakarta untuk kuliah dan bekerja, karena kedua orang tuanya hidup dgn sederhana. Rizal adalah anak pertama dari 3 bersaudara sehingga memiliki tanggung jawab paling besar.

Percakapan tentang diri masing2 menambah kedekatan di antara mereka berdua. Nat bercerita tentang kehidupannya sebagai member JKT48, dia bercerita tentang suka dan dukanya selama di JKT48, hingga apa saja yg harus dilakukannya di depan fans. Rizal tampak antusias mendengarkannya, karena dia tidak tau tentang JKT48. Yg diketahui olehnya adalah, JKT48 memiliki personil 48 orang dan salah satunya adalah Melody dan Nabilah.

Hari makin malam, mereka berdua memutuskan untuk meninggalkan warung tenda itu menuju motor. Rizal kembali mengendarai motornya dgn kecepatan yg sedang. Malam makin dingin, semilir angin begitu menusuk ke dalam tubuh, membuat Natalia harus sedikit memeluk pinggang Rizal. Ciiiiitttt, “awwwwww”, teriak Nat, “Ehh maaf2, ada anak kucing”, kata Rizal. Tanpa sengaja payudara Nat menekan punggung Rizal. Nat turun dari motor lalu mengambil anak kucing tersebut. “Uwwuwuwww, lutcuunaaa”, kata Nat dgn nada yg sedikit manja. Nat kemudian menaruhnya di semak2 pinggir jalan agar tidak terjadi apa2 padanya.

Nat kembali naik ke atas motor. Kali ini dia duduk agak ke belakang. “Kaget, kirain ada apa”, kata Nat sambil sedikit tertawa. Rizal hanya terdiam karena dia juga terkejut dan merasa tidak enak telah merasakan kenyalnya payudara Natalia. Perjalanan pun dilanjutkan dan tak butuh waktu lama hingga akhirnya mereka berdua tiba di depan kost Natalia. “Makasi ya Kak”, kata Natalia sambil menyerahkan helm dan kemudian mengambil kantong plastik belanjaannya tadi. “Boleh minta Line atau WA nya gak?”, pinta Rizal, kemudian Nat memberikan keduanya.

Nat berpaling dan masuk ke dalam kostan, sementara itu Rizal memacu motornya agak cepat menuju kostan yg jaraknya dekat dgn kost Nat. Hanya berjarak sekitar 1 hingga 2 km saja. “Eh baru balik lu? Gimana ngojeknya?”, tanya Pak Arifin, seorang Bapak Kost yg selalu berkunjung mengecek keadaan kost miliknya. “Mmm Alhamdulillah, lumayan Pak”, jawab Rizal sambil memarkirkan motornya.

Rizal menggeliat sambil menguap, meregangkan tubuhnya kemudian masuk ke dalam kamarnya dan menyalakan laptop miliknya. Lagu Katon Bagaskara yg berjudul Negeri di Awan menemani dirinya dalam mengerjakan sebuah tugas dari kampusnya. Lirik lagu yg begitu dalam serta nada syair yg sangat indah benar2 membuat suasana hati Rizal menjadi tenang. Di sela2 mengerjakan tugas, Rizal mengirim sebuah pesan singkat melalui aplikasi Line miliknya ke Natalia, “Neng, besok dijemput jam brp?”, baru saja terkirim kemudian di read. Hanya butuh waktu beberapa detik, pertanda bahwa Nat sedang menunggu chat darinya, “Jangan deh kak, aku bener2 gak enak ama kk”, jawab Nat. “Hmmmm, yakin nih gak enak ama aku? Akunya enak2 aja kok”, kata Rizal, “Kk kan tukang ojek, masak aku gratisan terus”, kata Nat, “Yeee enak aja, aku mahasiswa, ngojek cuma jadi sampingan doank, buat bayar kuliah n kost”, jawab Rizal. “Ya udah klo gtu jmput deh kyk tadi ya”, kata Nat.

Rizal tidak keberatan menjadi “tukang ojek pribadi” Natalia, seorang gadis manis dari Rangkasbitung yang seksi dan juga ramah. Menjadi pengemudi ojek online memang bukanlah sebuah pekerjaan yang bonafit tapi juga bukanlah sebuah pekerjaan yang hina. Uang yg dihasilkan adalah uang halal dan berkah yg bisa digunakan oleh Rizal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya selama di Jakarta.

Saat ini Rizal benar2 ingin merubah hidupnya di Ibu Kota, agar dapat mengangkat derajat keluarganya di Kampung. Sebuah cita2 yg sungguh mulia dari seorang pemuda yg mandiri dan tidak banyak menuntut ini.

Malam makin larut, hingga akhirnya Rizal harus tidur karena esok harus bangun pagi dan mengerjakan pekerjaan barunya, yaitu antar jemput Natalia. Lagu KLa Project berjudul Tak Bisa Ke Lain Hati menemani Rizal tidur dan memasuki alam mimpi. Alunan nada yg sungguh merdu serta kata-kata indah yg mendayu2 di gendang telinga Rizal hingga terbawa ke alam mimpi kemudian menjadikannya nyata.

Raut wajahnya terpancar kobaran semangat yg begitu membara. Senyum tipis terkembang di bibirnya saat gadis cantik yg selalu menemaninya 2 hari ini tiba2 hadir di dalam mimpinya. Berjalan di sebuah taman, memetik setangkai mawar lalu diselipkan di poninya, kemudian berlari.

Melambung jauh terbang tinggi
Bersama mimpi
Terlelap dalam lautan emosi
Setelah aku sadar diri
Kau tlah jauh pergi
Tinggalkan mimpi yang tiada bertepi
BERSAMBUNG
Part III

Witing tresno jalaran soko kulino, sebuah pepatah Jawa, barangkali ungkapan tersebut sangat cocok disematkan pada kehidupan si Tukang Ojek dan si Idola Remaja, Rizal dan Natalia. Berawal dari sebuah kebetulan, kini menjadi kebiasaan. Ya, sebuah kebiasaan menghadirkan rasa nyaman dan rasa nyaman menghadirkan rasa yg lebih dalam lagi, yaitu cinta. “Ahhhh nggak, kok gw jadi ngelantur gini sih”, kata Nat dalam hatinya saat dia sedang mendengarkan sebuah lagu di Macbook miliknya. Nat berusaha menepis perasaan2 yg mulai timbul di dalam hatinya, tapi senyum kecil dari bibirnya sudah cukup menggambarkan apa yg ada di hatinya kini.

Tak terasa 2 Minggu sudah sejak pertama kali bertemu dengan Rizal dan resmi menjadikannya sebagai ojek pribadi dirinya, “hehehe, jahat sih, tapi mau gimana lagi, udah nyaman kok”. Kata Natalia dalam hati sambil tersenyum tipis kemudian mengambil HPnya dan mengetikkan sebuah kata, “Selamat tidur ya kak, besok jemputnya agak pagi yaa”. Itulah bunyi Chat Natalia untuk Rizal.

Waktu semakin malam, sudah waktunya bagi Nat bersiap2 tidur. Laptop telah dimatikan, kemudian dia menyalakan HP dan membuka aplikasi pemutar lagu. Dipilihnya Playlist Westlife favoritnya kemudian diputarnya untuk menemani tidurnya malam ini. Natalia menarik selimut hingga akhirnya diapun tertidur memasuki alam mimpi.

Mimpi yg dialami Nat begitu indah, seindah suasana hatinya yg sedang berbunga2 hingga akhirnya alarm membangunkannya. Nat menggeliat kemudian bangun dari tempat tidurnya, menanggalkan seluruh pakaian yg dikenakannya hingga telanjang bulat. Dia menyalakan HPnya dan kembali mengulang lagu westlife yg semalam didengarkannya kemudian menghubungkannya dgn speaker dan masuk ke dalam kamar mandi. Sebelumnya dia berhenti sejenak di depan cermin, memandang tubuh bugilnya, lalu memegang payudaranya sendiri seolah2 sedang bangga terhadap tubuhnya yg seksi itu. Nat memang memiliki tubuh yg seksi dan dia bangga akan hal itu.

Nat membiarkan pintu kamar mandinya terbuka, karena memang dia hanya tinggal seorang diri di kamar kostnya. Nat menyalakan shower, ia mulai membasahi tubuhnya dgn air yg mengucur dari shower, mengalir dari ujung rambut hingga ke ujung kaki. Melewati setiap sudut2 dan lekukan tubuh indah itu. Jari2 lentiknya mulai bermain menyibakkan setiap helai rambut, kemudian turun ke leher hingga akhirnya terdiam di bagian payudara. Nat mulai terbawa suasana ketika matanya terpejam, membayangkan sesuatu.

Can’t believe that I’m a fool again
I thought this love would never end,
How was I to know?
You never told me
Can’t believe that I’m a fool again,
And I who thought you were my friend,
How was I to know?
You never told me

Lirik lagu yg berjudul Fool Again mendayu2, nada indahnya mampu menghipnotis membawa pikiran Nat pergi jauh entah kemana. Jari lentiknya mulai menyentuh lembut puting susunya sendiri. Menekannya kemudian memilin2nya. Desahan yg begitu pelan keluar dari mulutnya.

Jari lentiknya perlahan turun, memegang perutnya yg rata dan terdiam di selangkangan. Menggesek2 lembut kewanitaannya, matanya masih terpejam namun desahan manjanya terdengar seindah lantunan lagu yg berputar. Imajinasi tanpa batas mampu membuat tubuh Nat menggelinjang merasakan geli yg begitu nikmat. “Kriiiiiiinggg”, tiba2 sebuah telpon merusak imajinasinya sesaat. Nat berlari keluar dari kamar mandi, mencopot kabel jack yg menghubungkan HP dengan speaker kemudian mengangkat telponnya. “Halo Neng, udah siap belum? Aku jemput skrg ya”, kata Rizal, “Okeee kak”, jawab Nat. Kemudian dia kembali ke kamar mandi dan melanjutkan mandinya.

Segera Nat bersiap2, mengenakan pakaian dan mulai memakai make up di wajahnya. Kali ini Nat memakai atasan berwarna hitam agak ketat dengan celana jeans berwarna hitam pula. Pagi ini Nat harus datang pagi2 ke kampusnya.

“Bangsaaat lo”, “Aaaahhhh, maaf Pak”, “Woooiii hajaaar”, *(#^&$*@^&*$, suara kegaduhan terdengar dari luar kost Natalia. Nat mengacuhkannya karena dia sedang sibuk memakai make up.

Namun karena makin lama suara yg terdengar makin seru, akhirnya Nat mempercepat make upnya dan kemudian berlari keluar. Betapa terkejutnya Nat ketika melihat, “Aaaaaaa, jangaaaan, jangaaan”, Nat berteriak, berlari dan melerai org2 tersebut. Ya, ternyata keributan tadi adalah org2 sedang menghajar Rizal yg sedang mengenakan jaket Ojek Online. Motornya sudah jatuh dgn kaca spion yg patah dan sayap yg pecah. “Sudah gw bilang, jangan berani2 ambil penumpang di sini, ini daerah kami”, kata salah seorang yg memukuli Rizal, “Dia jemput aku, aku pacarnya”, kata Nat.

Rizal yg sedang memegangi bibirnya yg berdarah sempat terkejut lalu melihat ke arah Nat. “Ahhhh bohong lu, udah pergi sana”, kata org2 tadi, “Coba di cek aja HPnya, dia emang ojek online, tapi dia kesini buat jemput aku kuliah doank, cek aja HPnya ada gk orderan dari aku”, kata Nat berusaha menenangkan keadaan. “Aahhhh ngentot lu, braaaak”, kata salah satu org tadi sambil menendang kaki Rizal yg masih tersungkur tak berdaya. Semua org bubar, dan ada beberapa org yg merasa iba lalu membantu Rizal memberdirikan motornya. Org2 yg tadinya hanya menonton saja kemudian mulai bubar. “Ke kamarku dulu yuk”, kata Nat kepada Rizal.

Rizal yg sedang terluka di bagian wajah hanya mengikuti saja perkataan Nat. Dia mengikuti Nat dari belakang kemudian masuk ke dalam kamar kostnya. Ada beberapa teman kost Nat yg mampir ke kamar Nat hanya untuk melihat keadaan Rizal. “Kurang ajar bgt org2 itu, mereka emang sering bikin onar di sini, laporin aja ke polisi”, kata salah seorang teman Nat.

Natalia terlihat sedang sibuk mengambil handuk kecil, kemudian membasahinya lalu mendekati Rizal dan menempelkan handuk kecil tersebut. “Ahhhh”, Rizal meringis kesakitan ketika handuk basah itu menyentuh pipinya yg lebam. Kemudian Nat membersihkan bibirnya yg penuh luka dengan tangannya sendiri. Rizal hanya terdiam melihat perlakuan Nat yg begitu perhatian. Nat meraih tangan Rizal, kemudian menggenggamnya, “Besok jgn jemput lagi deh”, kata Nat. Rizal tampak terkejut, “Kenapa?” tanya Rizal.

Dengan wajah kebingungan Rizal menanyakan alasan Nat, “Gara2 aku, kk jadi begini, maafin aku ya”, kata Nat. “Gpp, udah resiko, semua butuh pengorbanan”, kata Rizal, “Haaah, maksudnya? Pengorbanan apa?”, tanya Nat bingung, Rizal pun salah tingkah. Tapi Nat terus mendesak menanyakan maksud omongannya tadi. “Gpp, hehehe, jgn ditanya lagi deh, yuuk jalan”, kata Rizal.

Mereka berdua kembali bersiap2 lalu keluar dari kamar Nat dan menuju motor yg terparkir di depan pintu gerbang kost Natalia. Rizal sempat melihat2 kerusakan pada motornya. Motor yg dia sayangi kini lecet, sayapnya pecah dan spionnya pun patah. “Ntar pulang kuliah kita ke bengkel ya, perbaiki motornya”, kata Nat. Rizal hanya mengangguk saja. Mereka berdua naik ke atas motor. Rizal menyalakan motornya lalu memacu gas menuju kampus Nat.

Para pelaku pemukulan tadi sedang asik duduk2 di sebuah kursi di ujung jalan, mereka tampak tertawa terbahak2 hingga akhirnya Nat dan Rizal melewati mereka. “Woiii anjing awas lu yaaa”, tiba2 salah seorang dari mereka berteriak dgn nada yg mengancam. Nat dan Rizal tak menghiraukannya sambil berlalu dan pergi meninggalkan mereka. “Kak, aku takut klo kk ksini lagi ntar knp2”, kata Nat, “Gk usah takut, tenang aja, aku bisa jaga diri kok”, kata Rizal. Kemudian Nat memeluk Rizal dari belakang cukup erat, “Maafin aku ya kak”, kata Nat, “Apaan sih, gk salah kok minta maaf”, kata Rizal.

Pagi yg sungguh cerah, walaupun diawali dgn musibah, namun suasana hati Rizal begitu berbunga2. Tatapan mata Nat begitu beda saat mereka berpisah di kampusnya tadi. Pandangan yg memancarkan isi hati yg begitu dalam. Tatapan mata sayu yg seolah2 merasa berat hati untuk ditinggal. Entah tiba2 jantung Rizal berdegub kencang, kadang tersenyum sendiri, rasa sakit yg dia rasakan seolah2 telah hilang berganti menjadi perasaan yg belum pernah dia rasakan sebelumnya. Inikah cinta? Tanya Rizal di dalam hatinya.

Perasaan cinta yg tiba2 timbul akibat terbiasa bersama. “Aku kan cuma mahasiswa dan tukang ojek biasa, mana mungkin Nat bisa jatuh cinta ama aku?”, Rizal bertanya pada dirinya sendiri, keraguan timbul dari dalam hatinya. Rasa kurang percaya diri tiba2 menyerangnya, perasaan bahagia tadi tiba2 berubah menjadi gelisah. Menjadi takut kehilangan, tapi Rizal sadar diri, dia bukanlah siapa2 dan tidak cocok mendapatkan cinta Natalia. Hmmmmm, tarikan nafas yg begitu dalam, Rizal berusaha menenangkan hatinya sendiri.

Sementara itu, “Eh, kamu pernah masturbasi gak?”, tanya Rudi dan Johan, teman kuliah Natalia, “Bodo'”, jawab Nat dgn tatapan yg sinis, “Hahahahaa”, Rudi dan Johan pun tertawa. Ya, Nat memang selalu menjadi obyek seksual, tidak hanya di JKT48, tapi juga di kampusnya, karena sikapnya yg cuek dan selalu tampil seksi membuat banyak cowok penasaran padanya. Sampai2 ada seorang teman Nat yg membuat survey di kelasnya, bahwa 90% cowok dikelasnya pernah coli sambil membayangkan Nat. Mengetahui hal itu Nat hanya tersenyum kecut dan tak menanggapinya.

Waktu terus berlalu hingga tak terasa sore pun telah tiba, seperti biasa, tanpa perlu diminta Rizal sudah menanti di tempat penjemputan. Nat memakai jaket kemudian memakai helm ojek online, walaupun statusnya dia tidak sedang memesan ojek online. “Kita ke bengkel dulu ya kak”, kata Nat, “Jgn deh, nih liat, udah bagus, hehee”, Kata Rizal. Nat terkejut, “Duh, brp biayanya kak? Aku ganti yaa”, tanya Nat, “Ihhh jangan”, kata Rizal. Nat terus memaksa agar Rizal mau menerima pemberian darinya, tapi Rizal terus menolak hingga akhirnya mereka sepakat, Nat cukup menraktirnya makan malam saja.

Sore hari berlalu, Rizal mengantar Nat hingga tiba di depan kostnya. Rizal berpamitan dan mereka janjian ketemuan malam hari. Rizal memutar motornya dan berlalu pergi, sementara itu Nat menutup pintu gerbang kostnya dan terkejut ternyata Nadila sedang ada di kamarnya. Nadila adalah sahabatnya di JKT48, dan juga memiliki kunci duplikat kamar kost Nat. Mereka memang sudah terbiasa bersama namun kost mereka berbeda. Mereka bercengkrama seakan2 sudah lama tidak bertemu, padahal hampir setiap hari mereka bertemu.

Nadila kemudian sibuk memainkan HPnya, “Ihhh liat nih”, kata Nadila sambil memperlihatkan HPnya kepada Nat. “Hahhaaha, kapok lu”, kata Nat tertawa terbahak2 melihat sebuah foto yg menampilkan Nadila sedang bugil, sudah tentu itu foto editan dari wota. Mereka berdua seakan2 sudah terbiasa menghadapi hal itu, dan mereka tau klo mereka berdua menjadi obyek seksual para wota.

Tak terasa malam pun tiba, Nat ingat kalau dia janjian dengan Rizal. Nat mengambil HPnya dan menelpon Rizal, “Kak, ntar makan di kostku aja ya, kebetulan ada temenku nih”, kata Nat kepada Rizal, “Okee deh, aku jln skrg ya, mau nitip apa nih?”, tanya Rizal, “Hmmm ntar dulu, aku tanya temenku dulu ya”, kata Nat. Setelah berembuk beberapa saat akhirnya mereka memesan Nasi Goreng dan Martabak Manis. Dengan semangat memakai kemeja yg rapi, menyisir rambutnya yg bergelombang ke belakang, memakai parfum, celana jeans dan bercermin sesaat. Rizal memang adalah seorang pemuda yg lumayan, namun tidak memiliki pengalaman soal cewek.

Setelah dirasa sudah cukup persiapannya menemui wanita pujaannya, walaupun masih dalam hati saja, Rizal akhirnya menyalakan motornya, memakai helm dan menuju ke sebuah warung tenda untuk membeli nasi goreng dan martabak manis pesanan Nat. Rizal tidak begitu lama mengantri, karena kebetulan pelanggan belum rame. Waktu terus berjalan, pesanan pun telah diterima dan Rizal kembali memacu gas motornya menuju Kost Natalia.

Tak butuh waktu lama bagi Rizal hingga ia tiba di depan pintu gerbang. Rizal menelpon Nat, dan tak sampai 1 menit, Nat keluar dari kamar kostnya menuju pintu gerbang. Rizal sempat melongo melihat Nat, bagaimana tidak, Nat yg biasanya tampil begitu elegan walaupun seksi kali ini mengenakan t-shirt ketat tanpa lengan dan celana jeans ketat pendek. “Gk beli minum ya kak?”, tanya Nat, Rizal hanya menggeleng. “Ya udah, masuk aja ke kamarku dulu kak, aku beli minum dulu”, kata Nat.

Nat berjalan menuju sebuah minimarket yg dekat dgn kostnya. Rizal masih tetap terpana melihat bokong seksi Nat hingga bunyi klakson motor menyadarkan dirinya. Rizal akhirnya menuntun motornya masuk ke dalam halaman kost Nat, kemudian berjalan dan masuk ke dalam kamar Nat dan duduk dan terdiam di karpet berwarna biru. Rizal hanya terdiam sambil melihat2 kesana-kemari, memperhatikan beberapa poster dan hiasan dinding yg terpasang di kamar Nat. Rizal tersenyum saat melihat sebuah foto dgn frame berwarna putih, foto itu memperlihatkan Nat yg sedang memakai seragam JKT48.

Kreeeeekkk, tiba2 pintu kamar mandi terbuka, “Lalalala”, seorang gadis keluar dari kamar mandi sambil bernyanyi dgn cueknya, dia hanya memakai celana dalam dan tidak memakai atasan sama sekali. Payudaranya yg begitu mulus terpampang jelas di depan mata Rizal. Gadis cantik itu terus bernyanyi kemudian mengambil handuk yg terletak di sebuah kursi. “Aaaaaahhhhhhhhh”, tiba2 gadis itu teriak saat matanya dan mata Rizal saling bertemu. “Ehhh maaf2 Neng”, kata Rizal sambil berusaha memalingkan wajah. Gadis itu berlari kecil lalu masuk kembali ke kamar mandi. Jantung Rizal berdegup kencang melihat pemandangan yg sungguh indah tadi, hingga akhirnya gadis itu keluar dari kamar mandi sudah mengenakan pakaian yg lengkap.

Gadis itu tersenyum pada Rizal dan kemudian duduk di sampingnya lalu menyodorkan tangannya, “Aku Nadila”, kata gadis itu, lalu tangannya disambut oleh Rizal, “Rizal, mmm maaf tadi ya, aku gk sengaja”, kata Rizal, “Hmmm gpp kok, kan gk sengaja”, kata Nadila sambil tersenyum padanya. Mereka berdua menunggu Nat yg sedang membeli minum. Mereka berdua bercengkrama, mengobrol dan membahas tentang kegiatan masing2.

BERSAMBUNG