Jalan Terus
Bagaimanapun, tidak semua dari mereka dewasa pekerja yang lelah usai menguras pikiran dan tenaga. Lihat, ada seorang bujang, mahasiswa baru, yang sedang berdiri di depan trotoar Sekolah Menengah Atas Negeri, sekolah unggulan di daerah Jakarta Pusat. Dengan pakaian hitam putih, mirip pelamar kerja, ia selesai pulang dari orientasi kehidupan kampus (OSPEK) di Depok, tak perlu disebut nama kampusnya, karena memang si anak muda ini tak mau diagung-agungkan, macam Habibie muda yang jenius.
Lalu-lalang orang yang melintas di dekat si anak muda ini, memperhatikan jeli ia sedang menanti siapa. Padahal, nyaris tak ada lagi jam pulang sekolah di Jakarta ini berbarengan dengan jam pulang orang kantoran. Apalagi, tak ada kampus di dalam area sekolah itu, kecuali nun jauh di sana ada kampus para calon dokter.
Aneh, memang aneh, tak ada hal yang mengharu biru. Tak ada pengemis menggendong bayi. Tak ada gempa yang berakibat gedung sekolah rubuh. Tak ada orang tua lemah dengan kaki lumpuh dibiarkan. Tak ada pula yang meringis kesakitan. Mengapa anak muda ini menitikkan air mata? Apa yang buat dia sedih? Terlampau letih berdiri? Saat OSPEK ia disiksa dan dijahili?
Padahal, di rumahnya ia patut berbahagia sebagai seorang bujang yang tak mempunyai kekasih.
“Aah Fajar, ayo kamu bikin mama basah sayang.., kamu kalau gini gak sedihkan?”
“Eurhhh Ayo maa, dikit lagi….!”. Di rumah, si anak muda bernama Fajar tak lagi bersedih, nafsunya begitu membara saat menyetubuhi ibu kandung sendiri.
Ibunda Fajar sengaja membolehkan anaknya memasuki dirinya, tanpa sepengetahuan sang suami. Oleh karena Fajar kerap bersedih, itu mengapa ibunda rela berbuat tak wajar dalam kehidupan keluarga, supaya Fajar terhibur. Sedangkan, Fajar masuk fakultas ekonomi di kampus bergengsi tiada lagi bernilai karena Fajar tampak mulai tampak kehilangan semangat menempuh hidup barunya sebagai mahasiswa. Ibunda pun bingung apakah penyebab sesungguhnya fajar selalu tampak murung? Menangis di dalam kamar. Ia menduga dengan fajar boleh menyetubuhinya akan menyelesaikan masalah. Tidak sama sekali malahan.
Dengan dibantu adik fajar, Niko, yang duduk dibangku kelas 2 SMA, ibunda fajar mencoba mencari tahu penyebab sang anak terlihat depresi.
Ada apa dengan fajar?