subur naik haji

Subur Naik Haji
Di pagi yang masih lengang di kampung dukuh, seorang wanita berusia 38 tahunan sedang bersiap dengan riasan anggun untuk menghadiri sebuah pengajian. Kerudung biru yang tersemat di kepala menutupi sampai dada, perpaduan cantik dengan gamis warna ungu hanya tinggal polesan bibir warna pink dan selesai.
Di usia yang tak lagi muda umi Riyamah memutar tubuhnya sambil sesekali bertingkah centil di depan cermin,
“Duhh, makin lama kok makin sekel nih tubuh,,, hihiiii”
Setelah selesai mengagumi diri di cermin dia mengambil tas yang tergeletak di atas meja rias dan bergegas keluar kamar.
Entah kenapa tak seorang pun ia temui pagi ini, apakah dia yang kesiangan untuk memulai aktifitas sehingga semua orang sudah pergi, atau dia nya yang terlalu pagi untuk memulai. Ahh tidak mungkin, inikan masih jam enam seperempat lagipula ini hari minggu jadi di pastikan dia yang terlalu pagi.
Dipanggilnya sang suami Haj Muhidin yang sejak subuh sudah tidak ada di sampingnya, bahkan meninggalkan tubuhnya telanjang bulat tanpa tertutup selimut,
“Abahhhh? Abahhh di mana?” matanya menyusuri setiap sudut ruang tamu bahkan ruang makan,,,
“Bahhh,, Umi mau berangkat nihh,,,”
“Kok ga ada ya, biasanya jam segini si abah lagi ngejogrok di dapur baca koran sambil ngopi?” belum puas pertanyaan itu didengarnya suara sapu lidi di belakang rumah.
“Coba deh aku tanyain ujang,(sambil berjalan menuju halaman belakang) Kang Ujangggg,,, lihat-lihat abah ga?”
“Ehhh iya nyonya kenapah?” ujang yang sedang bersenandung ketika menyapu kaget dan tak mendengar dengan jelas pertanyaan nyonya rumah.
“Kang ujang liet abah ga tadi? Soalnya dari subuh ga ada” umi Riyamah mencoba mengulang pertanyaan nya.
“Hmmmm maaf nyahh, setau saya dari subuh ujang di sini ga lihat tuh,,, apa mungkin lagi mandi?”
“Ishhh kang ujang, ga mungkin mandi dari subuh sampe sekarang belum selesai,, bisa mengkerut batang nya,,”
“Hehe maaf nyah, akang ga tau” jawabnya cengengesan.
“Yaudah tinggalin dulu nyapunya,, cuci tangan trus pergi ambil tumpukan baju di ruang tengah yang udah saya setrika bawa ke mobil,,” perintahnya.
“Siap nyah!” deletakan sapu itu di samping pohon dan segera menuju ke kran sebelah rumah.

Sejam lagi baru berangkat umi Riyamah masih penasaran ke mana sebenarnya tua bangka itu saat ini, biarpun tua bangka dia juga yang memberi kepuasan batin bahkan tak bisa dipungkiri dia ketagihan walau jatah hanya dua kali seminggu.
“Ini Rumanah juga ke mana jam segini kok belum bangun,,, Rummm? Rumana bangun sayangggg,,, ga baik anak gadis bangun siang siang” sambil membereskan meja dapur yang penuh dengan kertas tugas kuliah Rumanah.
“Dasar pemalas,,, mau umi seret turun dari ranjangnya baru tau rasa tuh anak”
Umi Riyamah segera naik ke lantai dua di kamar putri tiri nya yang ternyata masih tertutup rapat. Di bukanya pintu kamar dan Rumanah masih tertidur, namun ketika pintu itu semakin melebar, panggilanya terhenti,
“Rumm,! Ehhhh” umi Riyamah terperanjat melihat Rumanah tengkurap dengan posisi agak menungging dan daster serta jilbabnya acak-acakan, yang lebih mengejutkan bagian bawahnya tersigkap sampai ke perut serta vaginanya terlihat ceceran cairan kental putih yang meleleh turun di selakangan nya. Apa yang sebenarnya terjadi dengan anak tirinya,,, belum sempat membuka lebar pintu tiba-tiba ada seseorang yang berjalan mendekati ranjang anaknya sambil memegang kamera digital dia memotret vagina becek yang terlihat menggairahkan.
“Astaga abahhh?!” bisiknya pelan.
Seolah Haj Muhidin tak mengetahui pintu yang sedang terbuka sedikit, dia meletakan kamera digital di atas ranjang dan mulai mengocok penis besarnya, terlihat berurat dan berdiameter 5 cm seolah penis itu siap melubangi sasaran nya. Diangkatlah pinggul anak nya yang ternyata sudah sangat lemas dan pasrah, sepertinya permainan itu terjadi sudah sangat lama, nampak dari wajah anaknya yang tak bereaksi ketika pinggulnya diangkat agak tinggi.
Momen penetrasi pun di mulai, penis yang sangat gagah sudah siap di hadapan lubang vagina yang masih mengucurkan sisa cairan kental, sedetik kemudian “bleshhhhkkk” amblas lah penis itu mendorong sisa cairan yang didalam semakin keluar. Bibir vagina Rumanah yang mulus bersih terlihat tertarik masuk seiring penetrasi yang dilakukan abahnya. Rumanah hanya memperlihatkan ekspresi menahan rasa nikmat, dan umi Riyamah tak ingin hanya mengintip, maka disandarkan nya badan di sisi pintu yang setengah terbuka dengan melipat tangan nya di depan dia menikmati tontonan panas yang disuguhkan oleh suaminya terhadap anak kandungnya.
“Mmmmmmhhh,, ayo sayanggg abah yang goyangggghhhh”
“Abah semalaman kamu tinggalin kuliahhh,,, dan sekaranghh abahh minta jatahhhh” pinggul haj Muhidin terus memompa lembut tanpa henti seolah umur masih 20 an dia terus mereguk kenikmatan dari lubang syurgawi milik putrinya.
“Flockkk!!!”
“Flockkkkk!!!!” suara yang dihasilkan oleh dua kelamin yang sedang asik terdengar begitu jelas di telinga umi Riyamah, karena kebetulan juga pagi itu masih sangat sepi di sekitaran rumah.
Tanpa memperdulikan sekitar, tubuh haj Muhidin merunduk sambil terus menghajar liang kenikmatan, tangan nya merogoh daster bagian depan putrinya, karena daster berwarna abu-abu itu hanya mampu terbuka sampai dada dan bahkan tak bisa untuk mengeluarkan bongkahan susu sekal maka dirobeknya dengan kedua tangannya.
“Brettttt!!!!” keluarlah dua benda mulus yang jadi idaman para laki laki di kampung dukuh dan belum pernah mereka lihat apalagi dijamah.
Diremas remas dengan lembut pun tidak membuat Rumanah membuka matanya, ia masih ttergolek lemas.
“Mmmhhhhh!!!! Ayo sayang nikmatihhhhh, oughhhhhh” terus menggenjot selama lima belas menit akhirnya tubuh haj Muhidin mengejan dan menyodok kan pinggul itu keras keras sehingga tubuh putrinya terdorong menyusup ke dalam bantal.
“Hahhhh, hahhhhh, achhhhhhhh” peluh menetes dari dahinya, tubuhnya ambruk menimpa anak gadisnya, terlihat penisnya masih menancap kuat di vagina. Umi Riyamah seakan tak percaya bahwa penis itu masih sebesar sebesar sebelum ditancapkan, dan “flopsssh”, cairan itu meleleh keluar deras.
Tak lama haj Muhidin menyadari kehadiran seseorang yang sedaritadi ada di pintu,
“Umi? Udah cantik aja,, mau kemana?” sambil jarinya mengobok obok lubang nikmat untuk mengeluarkan cairan didalamnya.
“Mau ke pengajian bah,,, abah ga puas ya semalam?” tersungging senyuman manis di bibirnya.
“Puas mihhhh,,, cuman kangen aja sama ininya Rumanah,,” vagina itu dimainkan pakai jempol dan terlihat seperti kue mufin isi mayonaise.
Sambil beranjak meninggalkan ranjang tanpa sarungnya haj Muhidin berjalan mendekati istrinya. Penis besar mengangguk angguk mengikuti langkah pemiliknya. Ia mendekati istrinya hingga sangat dekat dia meletak kan tangan kirinya,
“Abahhhh,,,,” umi Riyamah menegur suaminya yang sepertinya masih sangat bernafsu.
Dan Sretttt brakkkk!!!!! Ditariknya tubuh istrinya ke dalam dan menutup pintu dengan kakinya.

Menyeret tubuh molek istrinya yang anggun ke tengah ruangan sambil tangan nya tak berhenti meremasi pantat, membuat istrinya mengerang manja.
“Abahhhhhh!, sudah sudah, kan udah cukup main sama Rum tadi! Sambil menggerakan pinggulnya menjauhi tangan nakal sang suami.
“Abah gemess liet umi dandan kaya gini,,,mmmhhhhhh sini biar abah bantuin” tangan nya mulai mengangkat gamis ke atas dan meraba selakangan.
“Bahhhh,,, umi dandan cantik bukan buat meladeni abahhhh,, ssshhhhh udah bahhh, umi mau ke pengajian”
Seolah tak mendengar ucapan sang istri tangan nya sudah berada tepat di kain pembungkus yang dirasakan berenda, sebagai seorang pria paruh baya sedang dilanda nafsu otaknya tak berhenti mencari celah untuk berusaha menaikan libidonya. Maka disampingkan penutup itu dan berhasil memasukan dua jarinya ke dalam vagina, dalam posisi berdiri sulit untuk menerima rangsangan semacam itu sehingga pinggulnya tak berhenti bergerak berusaha menjauhi jemari itu.
“Mmhhhhhhh bahhh,,, udah akhhhh,,, abahhhhhh ishhhh uhhhh”
“Hahahaha,,, mmmuachhhh mmmuachhh” sang suami mencium dan menarik tangan yang berlumuran cairan bening,
“Serius umi ga mau abah kawinin dulu,,, entar repot loh kalo lagi kepingin pas pengajian hehehe”
“Hmmm tinggal ambil batang mic trus di sumpelin ke sini” umi Riyamah menunjuk ke vaginanya sembari membenahi posisi celana dalam berenda nya.
“Liet nih kelakuan abah, nih kalo orang tau umi kudu jawab gimana” dia merasa risih dengan sedikit sperma di bagian bawah gamis.
“Lagipula abah juga mana bisa main dengan kondisi seperti itu weksss!” juluran lidahnya mengejek ukuran penis suaminya yang mulai menyusut.
Ternyata dibalik keperkasaan yang dimiliki selalu ada obat oles yang membantu, setelahnya umi Riyamah meninggalkan sang suami terduduk di kursi rias sambil mengurut-urut penisnya.
Sementara di halaman samping dekat garasi, ujang yang selesai menaruh baju milik nyonya rumah berjalan dengan santai menuju halaman belakang rumah. Sedikit gambaran tentang ujang, dia pria paruh baya seumuran haj Muhidin namun dengan tubuh kurus dan hitam khas orang desa, dia sudah bekerja sejak Rumanah masih duduk di bangku TK, jadi sudah sekitar 20 tahun lebih beliau mengabdi, istrinya tinggal di kampung tak pernah telat dia mengirimi uang setiap bulan nya,, namun sayangnya beliau tidak memiliki keturunan, lagipula di sini pun beliau sudah dianggap keluarga. Ketika berjalan sesuatu menabrak tubuhnya dengan keras yang berasal dari pintu samping
“Brukkk!”
“Aduhh aduhhhh,,, hati-hati nyahhh” kang ujang yang tubuhnya kecil terjengkang jatuh.
” aduhhh kang Ujang maaf saya tidak sengaja,,, maaf ya” sambil menyampingkan tas pinggangnya umi Riyamah berusaha menarik tangan kang Ujang untuk bangun.
“Ga ada yang luka kan kang? Terkilir? Memar?” tanyanya agak panik.
“Encok atuh nyahh” sambil menggeliat dia menjelaskan.
“Sekali lagi maaf yahhh,,,,”
“Iya nyah ga apa kok,,,”
“Baju udah disiapin kang?”
“Udah nyah, semua ada di mobil, mau berangkat sekarang?”
“Iya, keburu telat nanti, makasih ya kang” dia menepuk debu di baju pembantunya kemudian pergi menuju garasi.
Entah apa yang salah hari ini bahkan tangan yang sudah memegang gagang pintu mobil seakan berat, ketika dilihatnya ke tempat yang tadi ujang sudah tak terlihat lagi. Seperti ada yang janggal di dalam dirinya, sesuatu yang ingin di tuntaskan dan terasa mengambang, teringat kata abah tadi
“Serius umi ga mau abah kawinin dulu,,, entar repot loh kalo lagi kepingin pas pengajian hehehe”
Dilihatnya jam tangan masih ada setengah jam lagi sebelum dia berangkat, maka dilepaskan gagang pintu itu dan melangkah menyusul Ujang di halaman belakang. Dan benar saja Ujang sedang berada di bawah pohon bersenandung,,
“Mapay jalan satapak ngajugjug ka hiji lemburrr,,, henteu karasaa capekna, sabab aya nu di teaaa,,,,” dia berbalik dan ternyata penisnya yang selesai membuang cairan belum dimasukan ke dalam kolor dengan sedikit air menetes. Majikanya yang sedang menyaksikan di kejauhan menggeleng-gelengkan kepalanya seakan dia tak percaya jika dua kali dia melihat laki-laki tanpa rasa malu menunjukan batang kejantanan nya. Ujang yang ternyata menyadari kehadiran tuan rumahnya menangguk malu sambil memasukan batangnya kedalam kolor. Didekatinya sang pejantan kumal itu
“Kang, kok kencing di sini, kan udah ada kamar mandi di sana”
“Hehe belum berangkat nyahh? Kejauhan ujang kebelet banget jadi ya numpang di sini”
“Ada ada aja nih,,, kang,, bisa bantuin saya ga?”
“Hmmmm bantuin apa ya,,, ?”
“Udah ikut aja, nanti saya kasih honor tambahan” sambil menggandeng tangan nya menuju garasi.
Dibukanya pintu bagian tengah mobil Kenia miliknya,,, terlihat baju yang di minta tersampir di atas sandaran, Ujang yang berada di belakangnya melihat pantat sexy milik tuan rumah,, membuatnya geleng geleng, dia bingung harus membantu nyonya nya menyingkirkan barang, atau membantu syahwatnya yang mulai naik. Selesai melempar barangnya ke jok paling belakang dia berbalik dan terlihat agak ngos-ngosan, masih terduduk di kursi dengan kaki menggantung di luar dia menarik dagu Ujang mendekat ke wajahnya.
“Udah siap kang? Ini tugas akang,,,” diangkatnya gamis itu dengan tujuan melepas celana dalam hitam berenda. Seketika penampakan benda berbulu lembut mulai nampak jelas dengan isi kemerahan basah.
“Nyahhhhh??? Ujang ga mimpi kan?”
“Enggak kang, ayo sinihhhh jilatin punya saya”
Memajukan pinggulnya sampai ke pinggiran kursi, sementara ujang perlahan mendekatkan wajah nya ke pangkal paha. Mulailah dia menjulurkan lidah untuk menyusuri lubang. Seakan tidak rikuh dengan kondisi sekitar sang nyonya rumah begitu santainya mendesah.
“Ummmhhhhhh ahhhhhhhh,,,, iyahhhhh terus akang” sesekali tangan Ujang ingin mengangkangkan paha namun dicegah dan diminta untuk berpegangan pada pintu mobil saja.
“Slurrpft slurrrrppppt mmmmuachhh ” terus dijilatinya sampai lendir itu masuk tertelan,
” ayukkk kanggghhh,,, nikmati hidangan pagih dari sayah achhhhhh” ketika ujang mulai nakal menyedot keras klitorisnya, tanpa berfikir panjang ditutupinya kepala Ujang dengan bawahan. Seperti sedang melahirkan dia menghempaskan tubuhnya ke belakang dan tetap terus mengerang,, kakinya ditopang oleh pundak Ujang dan tak merasa risih di tutupi sperti itu.
“Nyah,,, boleh digenjot? mmmhhh slurpffft slurphhhh” Ujang mulai keluar dari kurungan.
Riyamah menengok ujang yang ada dibawah sedang mengelus penisnya yang mulai membengkak,,,
“Iyahhh akangghh, naik sinihhhh”
Ujang mulai merangkak naik, meskipun agak sempit dan rikuh namun ketika syahwat mulai bicara, peti mati pun bisa senyaman hotel bintang lima. Maka diangkatnya kembali bawahan sampai ke pinggang,,,
“Kanggghhh pelan-pelanhhh yahhh,,, jangan brutal kaya abah ouggghhhhhhhhhhh!” seketika penis melesak tanpa aba-aba.
Hentakan pinggulnya begitu mantap menyodok bagian bawah sampai hingga umi Riyamah menggeliat keenakan,,,
“Plok plok plokkk!” tumbukan paha semok membuat mobil yang terparkir terlihat bergoyang goyang mengikuti irama dua insan sedang dilanda birahi,,
“Uhhhhhh Jangggganhhh diremasshhh,,, mmmmmhhh Kanghhhh,,, enakh bangeth,,,,” Tangan ujang mulai gatal melihat benda kenyal yang masih terbungkus rapi dalam gamis,, namun hanya remasan ringan sehingga membuat sang majikan bingung harus meminta lebih atau cukup seperti ini, karena akan lebih repot jika dandanan ini sampai kusut dan harus dandan lagi. Tanpa berfikir panjang umi Riyamah mengangkat sedikit badan nya merangkul leher kang Ujang dan membisikan sesuatu begitu pelan
“Puasin sayahhh kanggghhhh,, anggap aja istri sendirihhhhh” mendengar itu Ujang berhenti sesaat dan serasa tak percaya kalau kata-kata itu keluar dari bibir wanita terhormat seperti umi Riyamah, tak butuh waktu lama hentakan bertubi tubi membuat umi Riyamah mengerang keenakan. Sepagi ini suara garasi yang biasanya bising suara mesin mobil dipanaskan telah berganti dengan suara desah manja. Orang sekitar tak akan tahubapa yang terjadi di sana karena selain jarak garasi dengan jalan depan rumah sangat jauh.
“Nyahhhh,,, ujang nyusuhhh yahhhh mmmmh ughhhhh ughhh ughhhhh” sembari ujang menyingkapkan kerudung ke atas untuk mempreteli kancing atasan, sehingga tak lama terlihatlah dua benda mengkal terbungkus bra warna hitam. Dikeluarkanlah benda itu dan mencucup nya dengan keras.
“Cupsss mmmuachhh cupsss” sambil pinggulnya terus menghentak dan erangan tak pernah mengenal kata jeda keluar dari mulut umi Riyamah.
Puas dengan kedua susu nya Ujang merasa kasihan dengan mulut yang sedari tadi menganga maka di ciumnya bibir seksi yang juga disambut oleh pemiliknya, tak kalah panas sambil terus melakukan hentakan dan ” geyolan” mantab ala ujang.
Namun tak lama terdengar suara hape berdering sehingga konsentrasi terpecah,,
“Kanghh tolong ambilkan hape saya di dalem tas, (floppssh) aghhhh mhhh pelan pelanhhh bang kalo lepasin kontolnyahhh! Upsss! ” keceplosan ngomong kasar hehe
“Ini nyahhh,,,” sambil menyodorkan hape yang masih berdering.
“Makasih ya kangg,, (titt) iya ada apah bu?,,,,, mmm maaf ini lagi siap-siap bentar lagi berangkat,, he’eh setengah jam lagi nyampai kokkk,,” lalu tiba tiba kang Ujang mengangkangkan kedu kaki itu dan mulai lagi penetrasi,, walau umi Riyamah memberi isyarat jangan dulu dengan telunjuknya tapi itu semua sia-sia, kapan lagi seorang pembantu dapat honor senikmat ini.
“Icchhh mmmmhh,,, ga kenapah napah buu,, ini ada yang,,, hehe iyahh ada yang lagi pengen nih,, yaudah ya buuhh nanti ketemuan,, iyyaaa(titt) nakalhhhh (sambil memencet hidung Ujang) ayuk kanghhh buruan dituntasin, ibu ibu dah pada nungguinhhh,,, ouuuggghhh iyaahhhh geyoollll kanghhhhj”
“Iya nyahhh muncratin di mana?”
“Ouuugghhh ughhhhh ughhhh keluar akangghhhhh arghhhhhh,,,” pinggul umi Riyamah terangkat menyambut sodokan Ujang yang ga pernah berhenti.
“Nyahhh muncratss, ,, flops flopsss floppsss ” suaranya mulai becek akibat cairan yang begitu banyak menyembur, namun semakin menambah cita rasa nikmat di penis Ujang.
“Kangghhh buruan keluarin di dalamhhh ga apahh hegh! heghhh! heghhh!”
Tak lama berselang ujang mulai tak tahan, hentakan pinggulnya semakin keras dan
” arghhhhhhhhhh aghhhh aghhh aghhhhh nyahhhhhhhhhh heghhhhhh! Hashhhh” tubuhnya mengejan,,, begitu pula umi Riyamah mengalami orgasme kedua. Tubuh mereka saling tumpang tindihh, dengan kepala kang ujang berada di sisi kiri kepala umi sambil menciumi telinga dari balik kerudungnya mereka menunggu kesadaranya pulih.
“Makasih ya kanghh, mmmmuach”
Ujang bangkit dari tubuh dan seketika itu kemaluan mereka terlepas “flupzz”,,, dilihatnya kemaluan sendiri yang penuh dengan lelehan seperma bercampur dwngan cairan kewanitaan, ia meminta tolong Ujang untuk mengambilakan celana dalam yang terjatuh di bawah yang digunakan untuk me-lap vaginanya dan mengeluarkan sebagian isinya.
“Akang inihh,,, tadi bilangnya encok”
“Hehehe ga lagi encok kalo ngadepin yang beginian nyaahhh”
“Dasarrr,,, nihhh upah buat yang tadi” sambil.mengambil uang seratus ribuan dari dalam dompet dan menyerahkan ke Ujang.
“Udahh diterima ajah kangg,, namanya juga rejeki,, jangan suka ditolak” sambil menurunkan gamis dan merapikan kerudungnya, tak apalah acak acakan dikit nanti bisa alasan. Ketika kang ujang memasukan kembali alat kejantanannya,, tiba tiba umi riyamah memasukan celana dalam yang berlumuran lendir ke dalam baju Ujang seraya nmengecup bibirnya.
“Kenang-kenangan dari saya kang,,, mmmuach”
Turun dari bagian tengah,, dan berpinfah ke bagian depan umi Riyamah bersiap menyalakan mesin kemudian beranjak dari garasi yang mengikuti Ujang duluan untuk membukakan pagar.
“Tinnn tinnnn ” suara klakson mobil menyapa seseorang yang sedang berjalan menuju ke rumahnya.
“Eh eyannggg,,, ada apa ya?”
“Haj Muhidin ada?”
“Ada eyang,, mangga atuhhh”
Dipersilahkan orang bertubuh kecil mengenakan blazer hitam namun sarungan itu masuk ke halaman.