Burdie’s Cuck Story

Update 2 siang ini saat aku menjemputnya 500 meter dari rumah, aku melihat dia pelukan dan cipika cipiki dengan seorang lelaki dipinggiran jalan, cukup lama. Wajar jika sekarang aku cemberut selama dalam perjalanan. Ketika sampai didalam rumah ku, dia mulai bertanya serius kenapa. Kemudian aku bertanya soal masalah tadi. Dia menjawab itu adalah teman kerjanya, kemudian aku mencoba menggali lebih dalam, ternyata selama ini calon istriku ini terlilit hutang yang tidak sedikit, apalagi dia menghilangan uang perusahaan dengan jumlah jutaan, yang tentunya aku tidak sanggup menggantinya. Dia berkata kalau temannya mau melunasi hutang-hutangnya dengan syarat mau menurut apa yang dia mau. Aku bertanya lagi, sudah dari kapan hubungannya berlangsung, dan dia menjawab sudah seminggu yang lalu, apa saja yang sudah mereka lakukan, dia menjawab hanya sebatas jalan dan pelukan saja, tapi aku tidak percaya, mengingat pelukan tadi begitu mesra dan erat dari kedua belah pihak. Tapi calon istriku yang bernama Dinda ini masih terus berkeras kepala kalau yang mereka lakukan cuma sebatas jalan dan pelukan. Lama sekali aku introgasi sampai aku pun marah marah, barulah dia sedikit terbuka kalau ternyata mereka juga sudah pernah ciuman dan grepe dari luar pakaiannya. Aku tidak bisa berkata apapun lagi selain terdiam, menahan perasaan ini, dia yang merasa tidak enak, terus terusan meminta maaf dan pengertiannya, dia janji ga bakalan lama koq, setelah hutangnya beres situasinya bakalan kembali kesemula. Agar situasinya membaik, Dinda kemudian melepaskan jaketnya lalu menyandarkan dadanya kepelukanku. Dia merajuk dan memohon agar pengertiannya dariku, tapi aku hanya bisa diam menahan perasaan ini. Dia kemudian mencium pipiku dan memelukku sedikit lebih erat. Aku bertanya kepadanya, apakah dia bisa menjauh dan pergi darinya? Biarlah hutangnya aku yang tanggung, tapi justru Dinda banyak alasan, dibilangnya hutangnya terlalu besar lah, tenggang waktunya terlalu mepet lah, sampai dia berkata tidak mau melepas silahturahmi takut suatu hari dia butuh temannya itu. Aku mengerti pasti ada sesuatu yang buat dia tidak mau jauh dari temannya itu. Aku kembali mengorek informasi tentang dia, tentang apa yang terjadi pada mereka, sejauh mana lagi hubungan mereka berdua. Dinda menarik nafasnya. Dengan nada gemetar dia menjelaskan kalau udah pernah netek juga, aku kaget mendengar perkataannya. Kemudian aku memintanya melepaskan baju dan branya, anehnya, dia yang biasanya tanpa disuruh langsung membuka jaket, baju, dan bra nya ketika sampai kedalam rumahku, kini malah sulit diminta dilepas. Terpaksa aku memaksanya, bahkan menarik bajunya, dan ketika bajunya terlepas, terpampangnya bekas luka merah dari balik bra nya, Dinda yang merasa sudah tertangkap basah, kemudian merik nafas panjang lalu membuka bra nya. Aku terdiam kaget ketika melihat sekeliling toketnya banyak bekas luka merah hasil dari cupangan, entah berapa lama temannya melakukan itu, bekas cupangannya nampak berbeda beda, ada yang terlihat fresh, namun ada juga yang sudah terlihat lama. Entah aku pun bingung, aku yang seharusnya marah marah, justru mendadak horny, selama seminggu aku bekerja pagi hingga sore ternyata ada seorang lelaki lain yang memainkan toket calon istri ku. Dengan diam aku mengusap, memijat, dan memutari toket dan putingnya dengan lembut penuh perasaan. Sesekali aku menelan ludah melihat bekas luka ini disekeliling toket calon istriku, aku memintanya membuka kerudungnya, dan ketika dilepas, ternyata bukan cuma toket melainkan terus menjalur hingga lehernya. Astaga, bahkan selama 5 tahun kita pacaran dia tidak pernah mengijinkanku membuat bekas luka ditubuhnya, apalagi ditoketnya, dan sudah sekitaar 7 hari dia malah mengijinkan lelaki lain melukai toketnya hingga merah sekujur tubuh. Aku tidak bisa berkata lagi, aku hanya memainkan toketnya dengan kedua tanganku dengan lembut, entah kenapa aku tidak bisa untuk menambahi tanda cupang ditoketnya. Najaibnya aku menyukai tanda luka ini, tanda cupang yang dihasilkan oleh lelaki yang bukan tunangannya yang bahkan aku saja tidak mengenali siapa lelaki itu. “em.. suka ya?” Jujur kalimat itu mengagetkanku. Aku tidak tahu harus menjawab apa karena memang aku akui menyukainya. Seakan tahu aku menyukainya, Dinda kemudian berkata “dibawah juga ada koq.” Hah? Dibawah mana maksudnya? Aku bingung, kemudian bertanya apa maksudnya. Ternyata dipaha sampai selangkangannya dan perut bagian bawahnya juga ada cupangan. Aku tidak sadar ada bekas luka merah disekitaran perut bagian bawahnya, pasti karena aku terlalu tertegun dengan cupangan disekeliling toket hingga lehernya. Aku meminta melepas atau menurunkan celananya, tapi dia menolak, aku paksa tarikpun dia tetap menolaknya, bahkan ketika berhasil ku turunkan, dia menaikannya lagi dengan segera. Aku tidak tahu apa maksudnya tapi selintas aku melihat paha hingga selangkangannya banyak bekas merah. “jangan dilihat dulu, biar penasaran.” Ya jelas, tentu saja aku penasaran ada berapa bekas cupangan lagi yang dia sembunyikan. Aku kembali memintanya hingga sedikit memaksanya menurunkan celananya tapi dia tetap menolak, katanya “nanti dulu, mainin aja dulu toketnya, tapi jangan diemut atau jilat, puas puasin aja dulu.” Bahkan dia sendiri saja melarang aku untuk menjilatnya, terlihat dari mana Dinda ketika aku memainkan toketnya, terlihat dia senang melihatku senang memainkan toketnya yang dipenuhi bekas cupangan dengan kedua tanganku dengan lembutnya. Akhirnya aku mulai bertanya dari kapan mulai cupangan ini, dia sedikit berpikir, setelah sekian lama diam dan berpikir akhirnya dia berkata “kalau ga salah bul… eh pas semingguan yang lalu denk, hehehe.” Namun saat aku tanya bagaimana mulanya dia tidak bisa menjawabnya, dia bilang lupa karena sibuknya kerjaan jadi dia tidak bisa berpikir. Dari elusan lembut, kini aku mencoba memijatnya dan menekan dengan kedua tanganku dengan sedikit tenaga namun langsung diprotesnya, katanya dia lebih suka aku mengelus toketnya. Dan ya hanya mengelus, aku tidak boleh menekan, memijit, apalagi menjilat atau menciumnya. Dan entah kenapa semakin dilarang aku semakin terangsang. Bodohnya aku menurutinya, yang tadinya aku sedikit memijit dan menggenggam sedikit keras kini aku hanya mengelus toketnya, ketika aku memijit sedikit lebih tekan, dia protes, bahkan ketika aku mengelusnya dengan cepat dan lebih ditekan dia protes juga, dia hanya mengijinkan aku mengelus toketnya dengan lembut dan pelan, tidak boleh ada tenaga, tidak boleh sedikit cepat. Bodohnya, aku menurutinya lagi. Dia berkata aku harus dihukum karena aku selalu pakai tenaga waktu mengelusnya. Dia menyuruhku untuk memeluknya dari belakang lalu mengelus toketnya dari belakang dengan lembut. Kelebihannya, aku bisa mengelus toketnya sambil memeluknya dari belakang dan mencium wangi tubuhnya yang sepertinya dia habis mandi. Kekurangannya, aku tidak bisa melihat toketnya dengan jelas lagi, aku bercanda dengan protes kalau aku ga bihat cupangannya namun dia tidak peduli, katanya biar aku makin penasaran. Aku bertanya penasaran kaya gimana? Kemudian dia memegang tanganku dan mengarahkannya keatas pahanya. “Nih penasaran kaya gini.” Dia mengarahkan tanganku keatas pahanya kemudian mengelus paha higga selangkangannya. “dibawah celana ini, diatas pahanya, ada bekas cupangan juga. Penasaran kan pengen liat? Nah kaya gitu maksudnya penasaran, sok elus lagi.” Dia kemudian mengarahkan tanganku untuk mengelus toketnya lagi. Sambil mengelus toketnya halus, dia terlihat bermain dengan hp nya, sekali dia selfie dengan kameranya, kemudian lanjut memainkan hp nya, ketika aku mau lihat, dia melarangku. Namun setelah beberapa saat dia bermain hp tiba-tiba dia mengambil bra dan baju yang ada dibawahnya lalu meletakan disampingnya sambil berkata “kalau mau dibikin lebih penasaran lagi, coba kamu pakein aku bra sama bajunya, terus kamu elus lagi, pasti makin penasaran, tapi kalau ga juga gpp.” Lalu anehnya aku malah memakaikannya bra, kemudian bajunya, tidak cuma itu, bahkan aku memakaikan jaketnya lalu kembali memeluknya dan lanjut mengelus toketnya. Setelah beberapa aku mengelus toket dari luar jaketnya dia mulai bertanya “Gimana? Penasaran kan? Tapi suka kan? Nah ini yang namanya horny tertahan, nanti lihat aja deh pas udah lama kaya gini, terus nanti pas ngerasain lagi, pasti kamu bakalan keenakan banget, lihat aja deh nanti.” Seakan bodoh aku pun hanya berkata iya dan iya saja kemudian lanjut mengelus toketnya, tidak lama terdengar lagi suara kamera, tapi kali ini dia mengajak ku untuk selfie tapi bukannya memotret, dia malah merekamku, katanya ga sengaja. Setelah sekian lama mengelus toketnya dan dia bermain dengan hp nya, dia berkata Dinda : “udah ya yank, mulai sekarang kaya gini aja ya, gimana?” Aku : “Gini gimana maksudnya?” Dinda : “Iya jadi kalau kamu pengen toket aku ya kaya gini aja, elus diluar jaket aku, gimana?” Aku jelas protes, karena aku pun ingin melihat bentuk toketnya. Dinda : “ya kamu bayangin aja toket aku, kan sering liat juga dulu.” Jujur aku sangat kecewa tapi bodohnya aku malah semakin horny ketika membayangkan lelaki itu bisa kapan saja menambahkan cupangan langsung diatas kulit toket calon istriku yang sangat bulat dan besar ini tapi aku hanya bisa mengelus sambil membayangkan bentuknya, itupun diluar toketnya yang tertutup bra, baju, dan bahkan jaket tebalnya. Itu membuat toketnya semakin besar saja. Aku : “sampai kapan?” Dinda : “ga tau gimana dia.” Aku : “hah? Maksudnya?” Dinda : “(panik) eh engga… emm.. maksudnya.. gimana hutang sama dia beres say.” Aku : “oh maksudnya sampai hutang beres? Iya gpp deh, ga kan lama kan?” Dinda : “(kembali tenang) nah iya sampai hutangnya beres say.” Kemudian aku kembali melanjutkan mengelus toketnya. Tidak lama aku memberanikan diri bertanya : “pernah sepong dia ay?? Entah karena dia sudah merasa tanggung tertangkap atau sudah pasrah, dia pun berkata dengan nada pelan dan terdengar hati hati : “pernah.” Akun kemudian bingung harus berkata apa lagi, hanya bisa menahan dan menghela nafas panjang sambil memeluk dan mengelus toketnya lagi. Lama kita berdua terdiam, kemudian aku mengarahkan tanganku diatas memeknya dari luar celananya dan bertanya “ini pernah?” Kali ini dia terdiam jauh lebih lama dari sebelumnya, bahkan ketika aku mulai mengelus memek diluar celananya, dia hanya bisa pasrah dan terdiam. Aku mengganti pertanyaanku (sambil masih mengelus memeknya dari luar celananya), “terakhir kapan?” Tanpa diduga dia menjawab dengan nada lebih pelan lagi : “barusan.” Wow darahku seketika mengalir lebih cepat. Pantas saja dia wangi sabun dan sampo ternyata dia habis ngentod dengannya. Jangankan untuk berkata, melakukan hal lain pun aku tidak bisa, aku hanya bisa memeluknya lebih erat dan masih mengelus memek dan toketnya dengan lembut. Dan anehnya ‘si joni’ pun malah berdiri dengan sangat keras, entah kenapa tiba tiba terbesit bayangan dipikiranku tentang calon istriku yang ngentot dengan lelaki lain yang bahkan aku pun tidak tahu. Berbeda dengan lelaki normal diluaran sana, wajarnya jika pasangan kita selingkuh malah sampai melakukan hubungan badan, pasti akan langsung marah besar lalu memutuskan dan meniggalkan pasangannya tersebut, tapi tidak denganku, justru semakin aku membayangkannya semakin aku menjadi horny. Sekarang aku malah menggesekan kontolku yang masih terbungkus celana dalam dan celana jeans diatas pinggulnya dengan posisi memeluknya dari belakang sembari tangan ini mengelus toket dan memeknya dari luar pakaiannya. Semakin cepat aku menggesek kontolku dipinggulnya ketika dia berkata “udah sering loh.” Wah sepertinya calon istriku sudah jadi gila, denganku saja seminggu sekali dua kali, ini dengan lelaki lain justru sudah sering. Aku : “Gila, gila. Yang bener kamu yank?” Dia menjawab : “beneran, pas sampai kantor, istirahat, sama pulang kerja.” Gilaaa!! Ini benar benar terlalu gila, bahkan 3x sehari, berbanding denganku yang paling banyak 2x seminggu. Aku tidak mengerti kenapa calon istriku ini semakin berani jujur, apa mungkin dia sudah pasrah atau sudah kepalang tanggung, aku tidak tahu, bahkan aku juga tidak tahu kenapa aku malah semakin intens dengan ritme yang semakin cepat menggesekan kontolku yang masih terbungkus kain ini diatas pinggulnya yang juga terbungkus kain. Semakin gila ketika dia cerita detailnya, gayanya, situasi saat itu, bahkan dia pernah berkata sampai bugil diparkiran tempat kerjanya padahal hanya sebatas quickly saja. Gila, calon istriku ini semakin gila, bahkan dengan ku saja selalu ngentot dengan gaya casual, berbeda dengan lelaki ini, bahkan dia berani bugil diparkiran padahal hanya sekedar quickly semata. (quickly = ngentot dengan ritme sangat cepat dengan waktu yang singkat, tanpa gaya aneh aneh hanya untuk crot saja). Kemudian, “Ayo keluarin yank… ahh.. terus… hamilin pinggulku.” Crott.. croot.. croooottt… beberapa kali semprotan didalam celanaku sendiri padahal hanya membayangkan apa yang dia ceritakan saja. Dia berbalik dan mengelus kontolku dari luar celanaku dan mendapatkannya basah. Jujur aku sangat malu saat ini, bagaimana bisa aku keluar padahal hanya membayangkan dan diceritakan kisahnya saja. “udah keluar yank (dia tersenyum) cepet banget, tapi enak kan?” aku sangat malu tapi memang aku akui rasanya enak. Aku pun aneh kenapa bisa aku keluar padahal tidak melakukan hubungan intim, jangankan melakukan, menyentuhnya langsung saja tidak, bahkan jika diperhatikan kondisi kontolnya harusnya tidak mungkin sampai crot, mengingat jeans itu tebal, lalu tertutupi celana dalam pula, bahkan posisinya terjepit, tapi dengan membayangkan dan mendengarkan ceritanya bisa membuatku crot dengan cepat. Aku pun tiduran diatas kasur, disusul dengan dia yang memelukku dari samping, aku terdiam, tidak tahu harus berkata apa, apalagi aku perhatikan Dinda selama ini malah sibuk bermain dengan hp nya. Dari pada BT aku pun mengambil hp ku dan mengirimkan sebuah pesan kepada temanku yang seorang teknisi. “Cuy, tau gimana caranya sadap WA?”

Update 2 : Akhirnya jam menunjukan pukul 4 sore, selama itu ku perhatikan dia sangat sibuk dengan telepon genggamnya sementara aku memantau PC ku yang selama ini menyala, tidak ada yang aku lakukan kecuali melihat ke arah layar komputerku, disana sudah terinstall Time Viewer yang artinya seseorang diluar sana sedang mengoprasikan komputerku dari jarak jauh. Tidak banyak yang bisa kulakukan kecuali menuruti instruksi selanjutnya, namun kemudian Dinda memanggil namaku, aku menoleh setelah mematikan layarnya. “Koq tumben dah mau pulang lagi? Biasanya malem?” Dan dia menjawab kalau dia pengen pulang cepet soalnya orang tuanya mengatakan ada perlu, dia juga berkata kalau dia ingin istirahat cepat hari ini. Aku mengiyakan mengingat hari ini begitu melelahkan hati dan fisik, tapi ketika aku mau mengantarnya, dia menolak, katanya aku juga harus banyak istirahat, aku iyakan dan dia berjalan melewati pintu depan tanpa pamitan yang berarti. Rumahku ku arah jalan raya hanya satu jalur, itulah mengapa aku menunggu sekitar 2-5 menitan sambil berharap masih bisa bertemu dia dijalan, dan benar saja. Aku membuntutinya, aku curiga kenapa dia sudah izin pulang cepat, beda dari biasanya. Dan benar saja, dia pergi ke arah aku tadi siang menjemputnya, aku ikuti hingga masuk ke suatu perumahan, berjalan selama kurang lebih 5 menitan hingga masuk ke suatu gang dan sesampai diluar gang, dia pergi ke arah dipemakaman, aku jujur kaget kenapa dia pergi kesana, apakah dia tahu kalau aku membuntutinya? Apakah ini jebakan? Kepalang tanggung aku pun tetap mengikutinya. Ditengah pemakaman tua yang berisikan banyak sekali makam tidak terawat dan baru, terdapat rumah yang tidak terlalu megah namun tidak juga kecil, disana ada seorang lelaki yang sudah menunggunya, kemudian mereka berpelukan dan tidak disangga, mereka juga berciuman. ‘hah? Serius?’ aku tidak percaya atas tindakan nekad mereka berdua, memang seperti yang kita ketahui daerah pemakaman kerap sepi tiap menjelang sore hari. Yang lebih parah, selain mereka ciuman lama, tangan lelaki itupun mulai bergeriliya kedaerah sensitif Dinda, kedua buah toket, pantat, hingga memeknya. Beruntungnya kala itu suasana sedang sepi, pasti mereka tahu kapan hari daerah itu sepi atau ramainya. Lama aku bersembunyi jongkok dibelakang salah satu batu nisan yang berada dibelakang pohon yang memiliki semak semak sambil merekam kejadian tersebut dengan hp ku yang ku sembunyikan disela sela semak, sehingga jika mereka pun melihat ku, aku yakin mereka pasti menganggapku peziarah yang sedang mengunjungi makam sanak saudaranya. Wajarnya seorang lelaki ketika melihat pasangannya selingkuh dan bermadu kasih dengan lelaki lain pastilah dia marah, namun anehnya, aku dikala sore itu malah semakin penasaran apa yang akan terjadi selanjutnya, tidak, bahkan perlahan aku sange berikut ngeri, karena suasana yang hening dan sore pun yang semakin gelap, astaga mereka ciuman lama sekali, bahkan kini baju milik Dinda pun diangkatnya hingga tangan kanannya bebas memainkan payudaranya yang tidak tertutup apapun. Aneh, seingatku sebelum pergi dia memakai pakaian lengkap terlebih dahulu, bahkan bh nya pun masih terbungkus rapi didalam baju yang tertutup jaket, namun sekarang baju telah disingkap, resleting jaket telah terbuka dan bh entah kemana. Pasti selang waktu aku tidak ada, dia dengan cekap memasukannya kedalam tas atau membuangnya. Ah beruntungnya lelaki itu, bahkan kini dia sedang menyusu kedua toket besar dan bulat milik calon istriku ini, sementara barusan siang aku hanya bisa mengelusnya, itupun dari luar dan tertutup, baju, dan jaket. Masih dalam posisi yang sama seperti sebelumnya, akunya mereka pun duduk dikursi yang ada didepan rumahnya, aku tidak bisa mendengarkan apapun dari jarak ini, selain banyak suara serangga, jangkrik, dan burung, mereka pun berbicara pelan. Setelah berbicara cukup lama, mereka pun berdiri, Dinda seperti meyakinkan sesuatu dan si lelaki itupun meyakinkannya, lalu si lelaki itu masuk duluan ke dalam rumahnya, Dinda terlihat bingung, melihat ke arah sekitar, kiri dan kanan, dia berusaha meyakinkan sesuatu dari pemakaman ini, karena aku juga takut ketahuan maka dari itu terpaksa aku tiduran diatas makam ini, sambil beberapa kali aku mengatakan permisi dan melantunkan beberapa doa agar sang penghuni kuburan ini tidak terganggu. Kemudian hal gila lainnya pun terjadi, Dinda mulai melepas jaketnya lalu mengetuk pintu, tidak lama pintupun terbuka, kemudian Dinda menyerahkan jaketnya, itu pula yang terjadi dengan baju dan celananya, kini dinda hanya memakai celana dalam, sepasang sepatu dan tasnya. Dia pun mulai membuka sepatunya kiri dan kanan, dan melakukan hal sama, mengetuk pintu dan memberikan sepasang sepatunya dan juga tasnya, kini dia hanya menggunakan celana dalam pink yang sudah terlihat lusuh. Berbeda dengan celana dalamnya, bukannya menyerahkan ke dalam, dia malah melepas lalu membuangnya sembarangan, kemudian duduk kembali ke kursi tersebut dan masturbasi. Ya, di sore hari itu, di pemakaman yang hening, seorang perempuan muda cantik sedang masturbasi seorang diri diatas sebuah kursi panjang. Beberapa kali dia melihat kearah pintu, pasti dia menunggu pintunya dibukakan tapi tidak terjadi juga, meskipun pelan, samar samar aku seperti mendengarkan “kurang keras” dari dalam rumah lalu dinda pin menarik nafas dalam kemudian melanjutkan masturbasinya namun berbeda dari sebelumnya, kini dierangin dengan desahan dan erangan keras mirip video JAV, aku yang masih bersembunyi sambil tiduran diatas makan akhirnya tidak tahan juga. Dengan nekat aku pun mulai mengeluarkan dan mengocok kontolku, melihat calon istriku yang telanjang bulat sedang masturbasi dengan desahan mirip artis JAV didepan rumah seseorang yang tidak ku kenal di daerah pemakaman, sungguh pemandangan yang sangat erotis, namun sayangnya, belum ada 2 menit aku sudah crot duluan, semoga penghuni makam ini tidak protes disamping makamnya banyak lelehan sperma, berbeda kondisinya dengan calon istriku yang sedang masturbasi disana, sekalipun mengocok dengan cepat namun tidak ada tanda akan orgasme. Aku jadi takut, bagaimana jika nanti kita ngentot dan aku crot duluan kurang dari 2 menit? Ah semoga nanti aku kuat. Tidak lama, pintu terbuka dan dilemparkannya sebuah tali kekang untung anjing, calon istriku mengakhiri kegiatannya dan mulai merangkak menuju tali tersebut dan menggunakannya, selanjutnya dia merangkak ke depan pintu lalu duduk seperti seekor anjing dengan lidah keluar dan sesekali mengonggong. Aku bersumpah, selama 5 tahun hubungan kita, dia tidak pernah sekalipun senekat ini, jangankan untuk masturbasi didepan umum lalu menjadi seekor anjing, didalam kamar aku minta dia masturbasi saja tidak pernah dia turuti selama 5 tahun ini. Tidak lama pintu terbuka, lelaki tersebut nampak senang lalu mengelus kepala calon istriku itu layaknya seekor anjing, aku tidak dapat mendengarkan apa yang dia ucapkan namun aku yakin dia berkata ‘anjing pintar.’ Sunggu selama 5 tahun ini dia tidak pernah sekalipun seperti itu. Lalu si lelaki tersebut menyuruh Dinda menutup gerbangnya dengan cara merangkak dan mendorongnya dengan kepala, kemudian kembali menghampiri lelaki tersebut dan lelaki itu pun langsung mengambil ujung talinya dan membawanya ke dalam rumah tersebut. Pagar rumah tersebut setinggi 3 meter dan ketika Dinda berusaha keras mendorong dengan kepalanya, aku bisa mendengar suara decitan gerbang tersebut, tidak mungkin aku memanjat pagar itu, dan tidak mungkin pula aku membuka gerbang tersebut, sekalipun tidak terkunci namun suara decitannya sangat keras, siapapun bisa tahu ada orang yang masuk atau keluar gerbang tersebut. Ya sudah, aku pasrah saja, aku jelas tidak bisa memaksa masuk sekalipun aku yang jelas memiliki hak atas calon istriku tersebut, entah kenapa aku justru tidak mau mendobrak lalu masuk kedalam dan membawa kembali calon istriku tersebut, entah aku pun tidak tahu, justru aku malah ingin membiarkan mereka berdua memadu kasih kala sore itu. Aku ingat kalau dirumahku PC masih menyala dan seseorang temanku ditempat lain sedang melakukan penginstallan suatu program. Program yang akan membajak smartphone milik Dinda, dan jika aku beruntung, bahkan aku pun bisa membajak smartphone milik lelaki tersebut. Tentu itu semua tidak gratis, aku harus membayar mahal pada temanku tersebut. Dan kembalilah aku pulang ke rumah, hari ini aku mungkin tidak tahu apa yang terjadi dirumah tersebut, aku jelas tidak tahu ada apa dengan mereka berdua, namun nanti malam, esok hari, ataupun lusa, cepat atau lambat aku akan masuk ke dalam sistem telepon genggamnya dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tunggu aku, Dinda.